SOPO MALAU BERSAUDARA

Gusar Gerah, Haus, kapok.., pusing, "Lho, Kok.. mengapa dan bagaimana bisa.. siapa, apa saja yang diinginkan kesalll haruskah seperti ini, kemana harus kucari tahu OOooOoo Siapa yang harus disalahkan kemana harus kubingungkan ini sudahlah tak perlu dibahas lagi, cukup, namun semua kembali lagi, "cinta kali yah" "tidak, masak harus bercinta dengan gelap,. bak manusia merindukan menjaring angin " goblok.. stresss kemana harus kubawa dan kusimpan sudahlah ini hanya mimpi, tapi mimpi yang meluka di hati meringkukkan jiwa mengkerdilkan pikir mengungkung rasa bermandikan ketidakmengertian. Oooo mungkinkah harus ini kusimpan semua dalam riuh rendah asa kerinduan menangkap cita menyayang hati yang bergelora hentikan langkah menuju panggilan dari Yang Kuasa siapa bagaimana mengapa, dan kemana harus kubawa pelik-gelitik menumpuk di kepalan bahasa lara yang ku tak rela tangis mencairkan setump

Beato Francesco Spoto (1924-1964) Pengorbanan Seorang Pemimpin Francesco Spoto lahir di kota kecil Raffadali, Agrigento di Sicilia, Italia tanggal 8 Juli 1924. Panggilan hidup membiara tumbuh berkembang ketika pastor Vitale Bruno dari Congregation of Missionary Servants of Poor, yang mengadakan aksi panggilan di kota kediamannya. Ia masuk seminari saat berusia 12 tahun. Ikrar perdana kebiaraannya diucapkan tanggal 1 November 1940. Dan ia ditahbiskan sebagai seorang imam tanggal 22 Juli 1951. Kemudian, dalam usianya yang masih relatif muda (35), ia dipilih menjadi superior jenderal – tepatnya pada tahun 1959. Sebagai pemimpin Spoto dikenal dalam keteladan hidupnya, dan sebagai pemimpin ia mampu menjadi seorang bapak dan seorang saudara bagi semua anggota tarekatnya. Saat itu juga ia menekankan kepada setiap anggotanya untuk memiliki hidup doa yang kuat. Baginya, doa adalah oase yang menjiwai para misionaris dalam mewartakan kerajaan Allah. Misi di Kongo