Makna Ekaristi

Ekaristi: Antisipasi Perayaan Surgawi

Malang – Ultah ke-8 Paroki St. Andreas Tidar, Malang dirayakan dengan megadakan bedah buku dengan tema “Perayaan Ekaristi, Antisipasi Perjamuan Surgawi” dengan pembicara Rm. H. Pidyarto Gunawan, O.Carm, pada Minggu (25/11). “Buku yang dibedah dalam kesempatan kali ini adalah karya Scott Hahn, seorang pendeta dan ahli kitab suci dari Gereja Evangelis aliran Calvinis, yang pindah ke Gereja Roma Katolik pada tahun 1986,” beber panitia.
“Tema ini dipilih sebagai tema yang sangat sesuai dan penting untuk membantu umat mendapat pengetahuan yang benar mengenai makna ekaristi. Tetapi juga sangat berguna untuk penghayatan umat mengenai ekaristi” jelas pastor paroki, Rm. Telesforus Jenti O.Carm, saat membuka acara.
Rm. Pidyarto membuka pembahasannya dengan mengungkap dua fenomena yang terjadi dalam umat katolik dewasa ini. Pertama, banyak orang yang meninggalkan gereja katolik, pindah ke gereja yang lain. “Misa kudus itu menjemukan, acaranya itu-itu saja, lagunya bosenni, lagi kotbahnya romo-romo buat orang tidur - tidak menarik, kotbahnya biasanya tidak memberi apa-apa,” demikian mereka beralasan.
Fenomena kedua yang kini terjadi di dalam gereja katolik ialah ada sejumlah orang katolik yang tidak senang ke gereja. “Romo, saya doa saja di rumah. Saya, kalau berdoa di rumah bisa sampai dua jam berdoa meditasi, ketimbang saya ke gereja, malahan saya ngantuk”, tiru Rm. Pid.
Menurut Romo Pid, biarpun banyak umat berkata bahwa “kan kitab sucinya sama romo, injilnya pun kan sama”. “Tidak sama, meskipun teks kitab sucinya sama, namun sering kali tafsirannya tidak sama. Meskipun di sana mendapatkan sesuatu yang luar biasa dalam kotbah para pendeta, tetapi Anda kehilangan sesuatu yang menurut gereja katolik amat berharga, kekayaan kita yang paling berharga, yaitu ekaristi. Dalam perayaan ekaristi Anda bertemu dengan Yesus sendiri dengan cara yang paling sempurna - yang bisa terjadi di dunia. Ini yang hilang kalau orang pindah dari gereja katolik,” jelasnya.
Bagi umat katolik, perayaan ekaristi, atau misa kudus merupakan ibadat yang paling penting dan paling luhur. Tidak ada yang lebih luhur dari perayaan ekaristi, sakramen-sakramen pun ada untuk sakramen ekaristi. “Kita dibaptis, supaya bisa mengikuti ekaristi,” ungkap Rm. Pid mengutip dokumen konsili Vatican II. Menyitir lumen gentium art. 11 (LG 11), ia menuturkan bahwa dengan ikutserta dalam kurban ekaristi, sumber dan puncak seluruh hidup kristiani, kaum beriman mempersembahkan kurban Anak Domba Ilahi dan mempersembahkan diri sendiri bersama dengan Yesus, Anak Domba kepada Allah.
Ajaran Gereja menunjukkan bahwa orang beriman mempersembahkan Anak Domba Ilahi, yaitu Yesus dan dirinya sendiri, seluruh pekerjaan, ibadat, dan dipersembahkan kepada Allah. “Kurban kita jauh dari sempurna, tetapi kalau kita mau menyatukan diri dengan Yesus, maka persembahan kita disempurnakan. Itulah makna ekaristi, maka sayang kalau ditinggalkan. Tugas kita memperdalam pengetahuan tentang ekaristi, supaya kita makin mudah mengahatinya, bahkan kalau kotbah pastor begitu menjemukan, lagu misanya yang sumbang, orangnya sedikit,” tutur Dosen kitab suci ini.
Hal ini juga diamini Bpk. Eduardus Marius Bo (48), dosen Universitas Merdeka Malang. “Umat ingin untuk memahami lebih dekat dan lebih dalam soal ekaristi. Kerena ketidakpahaman mereka tentang ekaristi, lalu mereka merasa bahwa ada upacara-upacara yang mereka anggap tidak penting dan membosankan. Itu disebabkan bahwa umat katolik tidak paham soal makna ekartisti. Maka sangat penting kalau diberi pemahaman yang sungguh-sungguh tentang makna ekaristi,” ungkapnya.

Ekaristi Dan Kitab Suci
Scott Hahn, dalam bukunya Perjamuan Anak Domba: Perayaan Ekaristi Surga Di Atas Bumi, melihat bahwa akar misa kudus terdapat nyata dalam kitab suci. Menurutnya, dalam perayaan ekaristi, kitab suci itu sedang didramatisasikan, terutama yang diwartakan kitab wahyu. Apa yang terjadi dalam kitab Wahyu, adalah misa kudus yang sedang dirayakan orang kristen. Apa yang dilukiskan dalam kitab Wahyu, tampak nyata sekarang saat umat Kristen merayakan misa, dan menjadi penuh saat akhir jaman.
Rm. Pid juga menyatakan bahwa Scott Hahn melihat bahwa susunan kitab wahyu mirip dengan susunan misa. Kitab Wahyu terdiri atas dua bagian, yaitu pertama, firman Allah dan kedua, perjamuan Anak Domba. Susunan ini pun tampak dalam misa, terdapat meja sabda – ibadat sabda dan meja tubuh dan darah Kristus – ibadat ekaristi.
Bagi Scott Hahn, misa kudus memiliki makna dan unsur-unsur yang sama mulai dari dulu sampai dengan sekarang. Intinya sama bahwa misa kudus selalu menghadirkan Yesus. Dalam roti dan anggur, Yesus Kristus sungguh-sungguh hadir. Melalui ekaristi menurutnya umat manusia memperbaharui hubungannya dengan Tuhan. “Dalam komuni kudus, kita bersatu dengan Kristus. Dalam iman kita percaya bahwa kita menerima Yesus Kristus. Bukan hanya itu saja, kita bersatu juga dengan yang lain, dengan Gereja-Nya.” Demikian Rm. Pid menjelaskan inti pemikiran Scott Hahn.
Dalam penutupnya Guru Besar kitab suci Perjanjian Baru ini mengutarakan bahwa umat jangan pernah melihat misa hanya dalam homili saja, atau hanya dalam lagu-lagunya yang kurang menarik. “Misa itu jauh lebih kaya daripada kotbahnya para romo, dan itu semua. Betapapun tumpulnya suatu perayaan liturgi ekaristi, jangan lupa sebenarnya kita sedang berada di surga. Liturgi ekaristi mengarahkan hati kita ke perjamuan surgawi, perjamuan Anak Domba,” tegasnya. Rm. Pid juga menambahkan bahwa dalam liturgi di dunia ini, sebenarnya kita mencicipi, mengantisipasi liturgi perayaan surgawi, yang tidak kelihatan. Ini adalah persiapan atas liturgi di surga.Waktu ekaristi kita bertemu dan bersatu dengan Yesus Kristus.

Clemens Malau O.Carm.d/a SMAK St. Albertus (Dempo)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

siapa yg tertua antara Lubis dgn Pasaribu?/

Malau Raja atau Silau Raja???

Siapa itu Naimarata???