Masalah Aborsi Dan Narkoba Pada Anak Usia Dini:
Tanggung Jawab Siapa?*

Akhir-akhir ini masyarakat Indonesia dihebohkan dengan maraknya pemberitaan seputar masalah aborsi dan narkoba. Lebih menghebohkan lagi adalah para pelakunya bukan dari orang-orang dewasa, melainkan para pelajar sekolah dasar dan mahasiswi.
Saya menemukan dua pemberitaan penting selama satu pekan kemarin. Kamis (6/11), Radar Malang mengangkat berita hasil penelitian Eva Nurdiana, bimbingan Prof. Dr. Kasuhi Saiban M.Ag. bahwa 17 dari 20 mahasiswi di Kota Malang pernah melakukan aborsi. Artinya, sekitar 85 % mahasiswi telah melakukan aborsi.
Pemberitaan kedua membuat hati saya lebih terenyak. Ironis. Mengapa tidak? Menurut pernyataan kepala Pusat Pencegahan Pelaksanaan Harian Badan Narkotika Nasional, Brigadir Jendral Polisi Mudji Waluyo bahwa sekitar 8500 anak usia SD telah mengkonsumsi narkoba (Kompas, Jumat (7/11)).
Kedua temuan ini membuat saya cemas, khawatir dan bertanya, mau jadi apa bangsa dan Negara ini nantinya, kalau para penerus bangsa telah “rusak” seperti ini? Sungguh mengenaskan.
Saya sadar bahwa dua temuan ini tidak serta merta diterima begitu saja. Terdapat kekurangannya. Saya tahu tentang hal itu. Tetapi saat ini saya tidak sedang memperdebatkan sisi kesahihan ataupun validitasannya.
Terpenting bagi saya, dua temuan ini menjadi tamparan kecil dan cermin bagi saya, Anda, para orang tua, masyarakat akar rumput, pengelola pendidikan, penegak hukum sampai pemerintah pusat. Temuan ini mengajak semua elemen masyarakat merefleksikan tanda jaman ini: sejauh mana peran kita terhadap dua masalah sosial ini?
Sirnanya Kontrol Sosial
Dua temuan ini menjadi tanda yang menunjukkan lemahnya kontrol sosial dalam masyarakat akhir-akhir ini. Sistem ataupun tata masyarakat tidak berjalan menurut perannya masing-masing.
Pertanda ini menurut hemat saya adalah buah dari sebuah sistem kontrol sosial yang tidak jalan. Berbagai pihak saling melemparkan tanggung jawab. Ditambah lagi parahnya sistem kontrol hukum dan para penegaknya yang bisa diajak kongkalikong.
Semuanya adalah bukti nyata dari prinsip keliru dan masih dipegang setiap unsur masyarakat Indonesia. Setiap masyarakat melemparkan kewajiabannya, ketika diminta tanggungjawabnya perihal terjadinya dua kasus ini. Hal inilah menjadi pemicu utama, sehingga angka kasus aborsi dan narkoba yang melibatkan anak usia dini meningkat.
saya berpikir biarpun ada UU aborsi dan narkoba serta maraknya usaha kepolisian, kasus aborsi dan narkoba akan tetap berlanjut dan jumlahnya tidak akan turun. Didukung lagi, sikon hidup saat ini sangat sulit dan kesulitan ekonomi akan memicu bebagai dampak yang membawa banyaknya anak usia dini terjerembab masuk dalam dunia aborsi dan narkoba.
Fakta-fakta ini menjadi penguat hasil survei ILO Jakarta berkaitan dengan kasus narkoba pada anak-anak. Hasil survey cepat itu mendentingkan kesimpulan bahwa anak-anak dan remaja telah akrab dengan dunia narkoba (Kompas, Rabu 13 Juli 2005).
Untuk mengatasi persoalan ini, diperlukan kerjasama dari berbagai pihak dan berbagai tindakan sekaligus. Selain dibutuhkan suatu sistem kontrol hukum yang kuat dan tegas untuk mengatur, penting membuat sebuah sistem kontrol sosial bersama sampai pada akar rumput – penanganan terpadu untuk mengatasi persoalan sosial ini.
Seluruh jajaran pemerintahan sampai pada tingkat rukun tetangga (RT), ikut berperan sebagai network. Setiap instrument sosial harus merapatkan barisan, bergandengan tangan. Tetap yang menjadi pintu penentunya terletak pada keluarga. Yang juga harus dibenahi dan diterapkan dengan tegas, tanpa kompromi adalah sistem kontrol hukum bagi para pelaku aborsi dan yang memfasilitasi, serta para bandar dan pengguna narkoba.
Di Indonesia sistem seperti ini belum tampak. Yang jelas tampak, malah setiap insan bangsa ini sibuk dengan urusan dan kepentingannya sendiri-sendiri. Dan menyerahkan seenaknya saja kepada para penegak hukum, yang pada kenyataannya tidak dapat bertindak. Dan menjadi lahan subur bagi para pelaku kejahatan aborsi dan narkoba, yang dapat tertawa dan tersenyum, tanpa sanksi yang dapat menjeratnya – membuat yang lain dan ingin coba-coba, kapok sebelum ingin melakukannya.
Oleh karena itu jangan heran jika masyarakat tidak tahu langkah apa yang harus mereka lakukan, takut, atau “kapok” untuk melaporkan dan mengambil tindakan, jika kedua kasus itu mereka temuakan.
Keprihatinan Bersama
Dari berbagai pemberitaan dan hasil penelitian yang beredar, tidak diketahui dengan apakah para pelaku adalah orang-orang yang taraf ekonominya menengah keatas atau menengah kebawah. Dan apakah anak-anak tersebut dalam keluarganya mengalami tekanan atau kurangnya kontrol orang tua terhadap anak itu sendiri.
Yang tampak jelas, para pelaku adalah anak-anak yang awalnya hanya coba-coba saja. Coba-coba hidup layaknya suami isteri, dan sekedar merasakan enak ngak sih narkoba itu. Mentalitas coba-coba inilah yang menjadi gunung es, yang akan merusak dan menghancurkan masa depan mereka di kemudian hari.
Saya berpikir bahwa kata kunci untuk mengatasi masalah ini adalah keprihatinan. Mengapa? Bagaimana tidak menjadi sebuah keprihatinan bahwa para penerus bangsa ini telah rusak. Mau jadi apa anak-anak ini nantinya? Dan mau dibawa kemana bangsa ini nantinya, kalau para calon pemimpin bangsa seperti demikian?
Keprihatinan bersama. Inilah yang harus menjadi kesadaran semua anggota masyarakat dan pemerintah sekarang ini. Karena bila masalah ini telah menjadi keprihatinan bersama bangsa ini, maka sebagai bangsa, kita dapat bergerak bersama mengatasi dan menanggulangi masalah ini.
Jika anak-anak pada usia dini telah melakukan aborsi dan menggunakan narkoba, kapan lagi kita bertindak, jika bukan sekarang dalam peran kita masing-masing, dalam lingkungan kita sendiri? Mari kita renungkan dan bergerak secara bersama!
Tulisan ini dimuat di kolom warteg harian surya 11 Desember 2008 dgn Judul Mencari Jalan Tengah

SRIHANDRIATMO
Mahasiswa Filsafat STFT WIDYA SASANA Malang,
Sekarang sedang Tugas Belajar Di SMAK ST ALBERTUS (DEMPO) Malang

Komentar

Ichawijaya mengatakan…
Bagus bgt tuh. Trus sekarang anggota padsu ada yg jadi penyanyi or artis tdk?
Hiihihihi

Postingan populer dari blog ini

siapa yg tertua antara Lubis dgn Pasaribu?/

Malau Raja atau Silau Raja???

Siapa itu Naimarata???