refleksi pribadi



KUTEMUKAN CINTA DI MANA-MANA

”Hidup adalah soal keberanian menghadapi tanda tanyaTanpa kita bisa menawar; Terimalah dan hadapilah - ”

Tidak terasa bahwa waktu telah membawaku melewati enam bulanku di SMAK St. Albertus – Dempo. Terhitung tanggal 17 Juli 2007 aku mencari dan mengalami ruang dan warna yang ku yakin itu semua sedang akan mengukir diri dan hidupku. ” Kebahagiaan biasanya merupakan hasil dari sebuah pengorbanan”. Demikian aku sadari dalam lubuk hati ini. Kujalani hari-hari pertamaku yang sulit, membingungkan dan melelahkan di tempat ini. Namun dengan segenggam keyakinan aku coba untuk menjalaninya dengan lebih baik, dan semakin baik. Aku terus mencermati sebuah habitus yang hidup di komunitas bernama ”sekolah”, lebih rinci lagi ”komunitas SMAK St. Albertus – Dempo. Sulit dan butuh pengorbanan yang ekstra agar kikuk yang kerap merayap di dalam diriku tak lama bertuan dalam diriku. Detik demi detik berlalu, menit pun enggan berhenti, lagi derap langkah jam mengikuti ritmenya dan sang mentari tak mau bertahan pada satu poros hingga aku sendiri selalu harus terjaga dan coba temukan kunci yang sesuai dengan keadaan di tempat pendidikan ini. Rasa dan akal budi coba kupadukan tuk temukan cara diriku berelasi dengan setiap pribadi yang ada. ”Ini mah namanya masyarakat; dengan kompleks pribadi yang ada di dalamnya”. Begitu batinku kerap bersuara saat itu. Anak remaja dengan caranya sendiri, para guru dengan pembawaannya masing-masing, para karyawan yang menikmati hidupnya sendiri-sendiri.bertanyalah, kebaikan apa yang sudah kulakukan hari ini? Aku tanamkan dalam diriku bahwa aku disini mau belajar, maka belajarlah jangan pernah menolak kesempatan dan kehilangan momen yang berharga dari guru-guru hidup; mereka yang masih muda dari diriku, semua guru dan karyawan serta setiap pihak yang kutemukan di sini. Inilah prinsip yang kupegang mulai saat itu. Karena seorang yang belajar adalah orang yang terbuka dan selalu dalam keadaan siap untuk menerima apa yang diberikan, ajarkan oleh gurunya. Prinsip ini kuletakkan di bahuku. Setiap perjumpaan dengan peristiwa, tugas maupun insan, aku berikan diriku sepenuhnya. Sejak kuhidupi spirit ini dalam ke dalaman diriku, aku semakin hari semakin menyadari arti hidup; aku semakin melihat hidup yang makin nyata; hatiku pun dibimbing untuk tahu bersuara tentang aneka realitas kehidupan – yang jelas semuanya menjadi semakin bernilai dan membuatku secara pribadi menjadi pribadi yang matang. Tambah lagi hidu panggilan dan iman yang selama ini kujalani datar-datar saja, kini menjadi semakin meyakinkanku bahwa ”jalan ini memang panggilanku yang datang dari Tuhan”; ” memang Tuhan sedang memanggilku dalam jalan ini untuk menjadi penyalur kasih-Ny bagi dunia dan sesamaku”.
”Setiap kali sebelum tidur, aku coba bertanya dalam diriku, kebaikan apa yang sudah kulakukan hari ini?”, lagi ketika pagi timbul ”aku tak pernah lupa berujar mohon Tuhan jadikan aku menjadi berkat saluran kasih-Mu bagi sesama”. Ketika malam tiba ku tertawa keras sambil mengamati sebagian peristiwa, pengalaman, tugas, perjumpaan dan dalam kesediaan serta pemberian diri sepanjang hari ini yang tak pernah kubayangkan. Aku terpesona, takjub, dan dipenuhi rasa kagum. Semuanya sungguh indah dan luar biasa. Tidak hanya sebuag konsep indah saja yang ada tentang menghadapi kehidupan dan tentang kasih kepada sesama, tetapi karya konkrit keci yang sangat luar biasa dayanya bagiku maupun sesama yang lain. Syukur yang dapat kuangkat saat itu pada-Nya – Sang Pemberi itu semua padaku.
Semua pengalaman yang boleh kuterima selama masa enam bulan dalam masa pastoral kategorial di Dempo ini adalah pengalaman cinta. Semua perjumpaan yang kualami kala aku belajar di Dempo adalah perjumpaan perjumpaan yang mengagumkan dilandasi kasih. Setiap pribadi yang kutemui dalam setiap kehadirannya masing-masing adalah pribadi cinta. Cinta adalah kata kunci setiap kali aku menelusur mencari dan menemukan ’ilmu’luar biasa.
Sabda Yesus bahwa "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan” – boleh menjadi pengalaman yang hidup dalam hidupku. Kasih Allah yang luar biasa adalah jawaban yang kuterima.
Namun sebuah perjalanan tidaklah selalu mulus, lepas dari sebuah pergulatan yang kerap melahirkan ketidakenakan dan penderitaan. Jujur hidup memang sebuah perjuangan yang melelahkan. Aneka persoalan pun boleh datang dalam enam bula ini. Namun semua persoalan bagiku adalah sebuah proses pemurnian bagiku. Pemurnian atas panggilanku sendiri dan pemurnian kesetiaanku pada Dia yang telah memberikan dan menyelenggarakan segala sesuatu dalam seluruh hidupku. "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri” (
Luk9:22-25). Sabda ini sungguh memotivasiku setiap kali persoalan boleh kualami. Aku tak mau hanya menyalahkan orang lain. Dan melihat sesuatu persoalan yang sedang atau telah kuhadapi sebagai sesuatu yang negative. Aku tetap yakin ini semua diberikan dalam hidupku semata-mata karena cinta mereka, pembimbingku dan Tuhanku. Agar aku menjadi pribadi yang lebih baik. Aku melihat cinta mengalir dalam setiap ruang soal hidup; konfilk kujadikan cermin untuk semakin mencintai; kritik kulihat sebagai cinta tulus mengukir diriku.
"Jiwaku memuliakan Tuhan dan hatiku bergembira karena Allah”. Pujian syukur inilah yang layak kuhaturkan atas banyak pengalaman, peristiwa, perjumpaan, pengajaran, dan apapun namanya yang boleh kuterima dari Allah Penyelamatku selama enam bulan ini. Aku telah menerimanya dari Dia yang telah mencintai dan menyertai panggilanku, dan dariku pun dituntut cinta – membagikan cinta yang telah kuterima itu kepada sesamaku. Kini bukan waktunya menuntut dan bersoal jawab tentang aneka pergumulan hidup. Yang dibutuhkan adalah praksis cinta kepada sesama. Karena aku yakin cinta menjadi kata kunci dalam pengalaman pastoralku selama enam bulan ini. Kasih yang tidak berupa teori, tetapi kasih yang mengalir dari penghayatan dan perjumpaan dengan realitas konkrit hidup lingkunganku.
Cinta tidak butuh atau hanya pandai menyusun kata-kata. Cinta tak hanya membatasi diri pada luapan emosi; pada kesenangan ku akan sesuatu atau pribadi yang mau mengerti aku saja; cinta yang tidak hanya menuntut orang lain; cinta yang bukan hanya menganggap diri lebih matang, sehingga cenderung menasehati; cinta yang bukan mengalir dari kesombangan diri karena menganggap diri pernah melalui perjalanan itu dulu. Tapi cinta adalah kerendahan hati, yang mau hadir bagi semua orang baik itu menyenangkan hatiku maupun ada luka dulu bersama pribadi maupun pengalaman itu; cinta yang dihidupi dalam perbuatan; cinta yang bukan kepura-puraan, menantikan sesuatu hal setelah karya baik pribadi dan entah apapun cinta itu coba ku temui bukan kucari-cari. Karena cinta itu bukan untuk dicari-cari, melainkan ditemukan dalam setiap peristiwa hidup yang boleh aku alami; pribadi yang menyenangkan maupun tidak; keluargaku sendiri atau siapapun dia; setujuan atau tidak; tua ataupun muda – di dalam kesemuanya itu aku boleh menemukan cinta, cinta, dan cinta. Akhirnya aku hanya dapat mengucapkan syukur atas Dia yang telah mengatur rencana luar biasa dalam hidupku; yang mengirimkan banyak pribadi dalam cara mereka masing-masing – mengukir sesuatu yang indah bagi diriku. Kini aku mulai sadar dan memahami sebuah peritiswa yang tidak mengenakan, yang membuatku dulu hanya dapat menguhujat, berpikir pengalaman itu sebagai kegagalan yang memalukan. Namun aku kini boleh sedikit mengerti bahwa itu semua adalah pengalaman cinta-Nya bagi diriku. Ia punya rencana bagiku – memahami kekuatan cinta. Kini pula, aku mulai sadar dan mengerti akan hal ini; ”Ketika satu pintu tertutup, pintu lain terbuka namun terkadang kita melihat dan menyesali pintu tertutup tersebut terlalu lama hingga kita tidak melihat pintu lain yang telah terbuka.(Alexander Graham Bell)

Di dalam Nyanian Hati, 11 Februari 2008
Clemens Malau, O.Carm

Komentar

Postingan populer dari blog ini

siapa yg tertua antara Lubis dgn Pasaribu?/

Malau Raja atau Silau Raja???

Siapa itu Naimarata???