Retret Dempo Januari 2008


saya bisa menang, kamupun bisa menang
Retret Kelas Sepuluh Di Wisma Syalom Batu

Kumpul bareng ama teman-teman sekelas, bercanda, dan melupakan sejenak kejenuhan dalam belajar, siapa sih yang ga tertarik? Apalagi sambil menikmati indahnya panorama alam dan dinginnya kota Apel, Batu. Itulah yang dialami teman-teman kita kelas sepuluh mulai 13 – 29 Januari 2008, yang mengikuti retret di wisma syalom, Batu. Pada kesempatan kali ini mereka mendapatkan sesuatu yang sangat berharga dalam pembentukan kepribadian dan kehidupan sosial.
Tema “Menjadi Pemenang” diangkat sebagai materi dalam retret yang sekaligus juga sebagai pembinaan kelas. Pembahasan mengenai pemenang, dibagi dalam dua bagian besar, yaitu Kemenangan Pribadi dan Kemenangan Publik.
Menurut penuturan Br. Yohanes Suparno, O.Carm., kemenangan pribadi menjadi dasar atau dapat dikatakan akarnya, jika hidup manusia diibaratkan seperti sebuah pohon. Ia menambahkan bahwa pribadi harus memiliki akar yang kuat, yaitu dengan memenangkan kemenangan pribadi. “Kamu hanya menjadikan dirimu menjadi pribadi yang terbaik, dengan cara mulailah dengan memiliki kebiasaan yang baik” jelasnya.
Kemenangan pribadi hanya mungkin terjadi jika dalam diri seseorang memiliki 3 kebiasaan penting. Sikap yang perlu menjadi kebiasaan itu adalah proaktif, merujuk pada tujuan akhir, dan dahulukan yang utama (tahu prioritas). Dan akhirnya pribadi itu sendiri harus memiliki rekening kebaikan pribadi, berupa memenuhi janji-janji kepada diri sendiri, melakukan perbuatan-perbuatan baik yang kecil-kecil, bersikap lembut terhadap diri sendiri, bersikap jujur, dan memperbaharui diri terus-menerus.
Kemenangan publik sendiri merupakan aspek penting hidup manusia sebagai pribadi aku dan sesama. Dalam hal ini perlu memiliki kebiasaan untuk saya bisa menang, kamupun bisa menang, berusaha memahami, bukan dipahami dan mewujudkan sinergi. “Kamu PEDULI terhadap orang lain dan kamu ingin mereka SUKSES; tetapi kamu juga PEDULI terhadap diri sendiri, dan kamu juga ingin SUKSES,” terang Rm. Paulus Waris Santoso, O.Carm.
Retret kelas sepuluh dikemas dengan beragam acara, yang jelas semuanya bertujuan untuk menjadikan setiap anggota kelas menjadi satu keluarga. Ambil saja contoh mendaki Bukit Banyak; semua anggota kelas benar-benar harus saling bantu-menbantu saat medan yang harus dilalui terasa berat; bertoleransi terhadap teman-teman yang lemah dan saling memotivasi agar bisa mencapai puncak bersama-sama dan menjadi pemenang.
Semua acaranya dibentuk dalam bingkai membangun kebersamaan di antara anggota kelas. “Retret menjadi sarana pembelajaran bagi kami untuk terbuka dan jujur serta mengungkapkan diri terhadap teman yang lain. Sehingga kami boleh saling merajut kebersamaan dan memahami teman apa adanya,” ungkap seorang siswa.
Semua teman dari delapan gelombang mengungkapkan bahwa kegiatan pembinaan yang seperti ini adalah kegiatan yang paling efektif. “Kami dapat berproses bersama secara kelas, kami dapat mengutarakan permasalahan kami masing-masing dan kami dapat memahami teman sekelas dengan lebih baik lagi, sehingga kami kedepannya dapat bekerjasama dan menjadi kelas yang ideal untuk belajar. Dan yang penting kami sekarang sungguh menjadi satu keluarga yang saling memahami satu dengan yang lainnya”, jelas para siswa dalam evaluasi bersama.


Clemens Malau, O.Carm

Komentar

Postingan populer dari blog ini

siapa yg tertua antara Lubis dgn Pasaribu?/

Malau Raja atau Silau Raja???

Siapa itu Naimarata???