Asal – usul Manusia Batak Toba
Asal – usul Manusia Batak Toba
By Andri Malau Lambean
Masyarakat Batak Toba sering disebut masyarakat Tapanuli—salah satu rumpun dari suku Batak. Suku Batak sendiri terdiri dari 6 sub suku, yakni Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Pakpak (Dairi), Batak Angkola dan Batak Mandailing. Satu yang menyatukan seturut tarombo (silsilah) Batak—semua sub suku mempunyai nenek moyang yang sama, yaitu Si Raja Batak (M.W Hutagalung, Tarombo Marga Ni Suku Batak, Medan, Fa. Sihardo, 1967, hal.7).
Namun sebelum itu baik lebih dahulu kita harus bertanya: bagaimana manusia Batak pertama kali menjadi eksistensi? Melalui pertanyaan ini kita sekaligus membedakan fakta asal-usul manusia berhubungan dengan penciptaannya dan asal usul penelusuran sejarah manusia Batak. Hal pertama diketahui melalui analisa mitologi penciptaan manusia batak. Dan kedua berhubungan dengan penelitian sejarah, anthropologi dan arkeologi (juga sosiologi).
Fakta berhubungan dengan asal-usul manusia dalam aneka mitologi bisa ditemukan bervariasi. Bukan hanya itu, ceritanya satu dengan yang lain berbeda, dan terkadang sangat sulit menentukan pararelnya yang erat. Secara singkat dapat kita lihat berikut ini.
A. Mitos Asal-usul Manusia Batak Toba
1. Menurut Warneck Seperti dikutip Anicetus B. Sinaga, The Toba-Batak High God, Trancendence and Immanence, West Germany, Anthropos Institute, St. Agustine, 1981, hal. 95.
“... setelah tokoh mistis Si Boru Deang Parujar membentuk bumi dan memenjarakan penguasa laut bahari Si Naga Padoha di bawah tanah yang dibangunnya, ia pergi ke bulan guna mencari jalan penyenpurnaan membentuk bumi. Sementara itu, puteri dewa Magala Bulan, yakni Si Boru Suranti Bonang mengambil tempatnya di bumi. Dari bulan, air mata Si Boru Deang Parujar jatuh ke bumi, tanah bentukkannya. Tempat jatuhnya air mata itu menjadi subur ditanami bermacam-macam jamur yang besar, sebesar ampang (bakul).
Si Boru Suranti Bonang mengambil jamur itu dan memeliharanya selama sembilan bulan, seusia kehamilan sekarang. Lalu seorang nak kecil lagi manis lahir dari jamur tersebut, yang diberi nama Datu Tantan Debata (=Datu yang dikirim Debata Mulajadi Na Bolon) dan dibesarkannya hingga dewasa. Cucunya yang pertama, Tuan Sorba di Banua, itulah menjadi nenek moyang umat manusia.”
2. Menurut versi yang diceritakan Ph. O.L. Tobing, The Structure of The Toba-Batak Belief In The High God, Amsterdam, Jacob van Campen, 1963, hal. 67 – 71.
“... manusia berasal dari anak dewa dan dewa berasal dari telur. Si Boru Deang Parujar—puteri dewa Batara Guru menikah dengan Si Tuan Ruma Uhir dan melahirkan tujuh anak. Anak ketujuh adalah Si Raja Ihat Manisia—yang menjadi nenek moyang manusia.”
3. Versi lain yang juga dikutip Anicetus B. Sinaga
“Manusia berasal dari telur. Menurut versi ini Si Deang Parujar menikah. Selama pernihakannya, lama ia tidak dikaruniai keturunan. Dia memohon kepada Mulajadi Na Bolon, agar diberkati dengan hadirnya seorang anak. Mulajadi Na Bolon mengirim tiga butir telur burung Hulambu Jati yang berdiam di Banua Ginjang (dunia atas). Dari telur pertama keluarlah seorang manusia. Dari telur kedua keluarlah Sombaon (dewa) dan dari telur ketiga, keluar roh-roh halus (begu)."
4. Menurut versi yang diberikan W.M. Hoetagaloeng, Poestaha Taringot Toe Tarombo Ni Bangso Batak , Zendings Doekerij, Lagoeboti, 1926, hal. 22 – 25. Dan juga dalam bukunya berjudul Pustaha Batak Tarombo Dohot Turiturian Ni Bangso Batak, C.V. Tulus Jaya, 1991, hal. 16 – 31.
“... Manusia pertama merupakan keturunan dari seorang puteri dewa—Debata Batara Guru—yang merupakan anak Ompu Mulajadi Na Bolon (Tuhan), yakni Si Boru Deak Parujar. Ia turun dari Banua Ginjang (tempat yang mahatinggi = surga) ke banua tonga (bumi). Tindakan ini merupakan usaha menolak perjodohannya dengan Si Raja Odap-odap (anak Debata Bala Bulan) yang telah direncanakan Ompu Mulajadi Na Bolon. Selama di bumi, ia “menenun” bumi dengan segala isinya. Akhirnya hidup Si Boru Deak Parujar ditakdirkan untuk melahirkan anak pertamanya—hasil penikahannya dengan Si Raja Odap-odap setelah terlebih dahulu mendapat restu dari Ompu Mulajadi Na Bolon.
Anak yang dilahirkannya berbentuk seperti bulatan, tidak berkaki, tidak bertangan dan tidak berkepala. Dan pada waktu berikutnya, Si Boru Deak Parujar hamil dan melahirkan anak kembar, laki-laki dan perempuan. Kedua anaknya diberi nama Si Raja Ihat Manisia atau Tuan Mulana (laki-laki) dan anak perempuannya diberi nama Si Boru Ihat Manisia. Inilah awal mula keturunan manusia di muka bumi.
Setelah kedua nak tubuh menjadi dewasa, Si Boru Deak Parujar dan Si Raja Odap-odap menikahkan mereka. Kemudian Si Boru Deak Parujar dan Si Raja Odap-odap kembali ke Banua Ginjang. Namun sebelum berangkat ke Banua Ginjang kedua “orang tua” manusia pertama ini memberikan berkat kepada kedua anak mereka yang ditinggalkan di dunia.
Adapun berkat yang diberikan mereka berupa pesan mengenai apa yang boleh dan tidak boleh mereka lakukan. Kemudia diberitahukan juga kepada mereka jalan atau cara yang dapat dilakukan manusia untuk menjalin hubungan dnegan Ompu Mulajadi Na Bolon di Banua Ginjang, yaitu dengan memberikan barang homitan atau berupa persembahan atau sesaji. Persembahan yang sangat berharga adalah Hoda Sihapaspili (kuda Sihapaspili).
Si Boru Deak Parujar dan Si Raja Odap-odap meninggalkan kedua anak mereka dan menitipkan mereka berdua kepada Debata Asi-Asi (dewata yang mendiami atau yang berkuasa di bumi) dan Raja Ingotpaung. Menurut Tarombo atau silsilah Batak bahwa dari manusia pertama inilah lahir Si Raja Batak, yang merupakan asal dari keturunan suku Batak dan manusia pertama (orang Batak) ini bertempat tinggal di Dolok Pusuk Buhit di Si Anjur Mula-mula yang diyakini sebagai tempat yang turun dari Banua Ginjang.”
Komentar