Di dalam hatiku

Di dalam hatiku
A Elwiq Pr, seorang sastrawati terkenal di malang

karyanya ini dipersembahkannya khusus kepadaku pada suatu kesempatan. terimakasih mbak Elwiq.

Di dalam hatiku dan di setiap hati
Aku tak pernah mengerti
Kau tak lagi datang
Tak lagi kembali
Bagaikan butiran-butiran air
Butiran-butiran darah
Berguliran pada
Bunga-bunga
Bunga-bunga kita
Hidup kita
Kewajiban
Kebanggaan dan keberanian
Kau pergi bagaikan seorang ksatria
Aku tak pernah mengerti
Kau tak lagi datang
Tak lagi kembali
Di dalam setiap senyuman
Kulihat engkau kembali
Dalam setiap tetesan air mata
Aku melihatmu pergi
Kita semua merdeka
Bagaikan burung-burung berterbangan
Jangan lupakan
Jangan pernah lupakan
Di dalam hatiku dan di setiap hati
Hari ini
Aku mengenang dirimu
Kemaren seperti hari ini saja
Dan besok menjadi hari ini pula
Aku mengerti kini
Kau tak akan pernah pergi
Senantiasa di sini
Senantiasa merdeka
Kita semua merdeka
Bagaikan burung-burung berterbangan



***



In mijn hart

In mijn en ieder hart
Nooit begreep ik
Je kwam nooit
Nooit terug
Als druppels water
Druppels bloed
Neerkomend op de
Bloemen
Onze bloemen
Ons leven
Verplicht
Trots en dapper
Als een ridder ging je
Nooit begreep ik
Je kwam nooit
Nooit terug
In elke glimlach
Zie ik je terug
In elke traan
Zie ik je weggaan
Wij allen vrij
Als vliegende vogels
Niet vergeten
Nooit vergeten
In mijn en ieder hart
Vandaag
Denk ik aan jou
Net als gister vandaag was
En morgen vandaag wordt
Nu begrijp ik het
Je bent nooit weg geweest
Altijd hier
Altijd vrij
Wij allen vrij
Als vliegende vogels.


Seorang gadis berlatar belakang Muslim, pada tanggal 4 Mei, berbicara tentang perdamaian dan keamanan, "Ini menyangkut umat manusia. Setiap orang, sebagaimana kita semua perlu merenungkan dan memikirkan tanggal 4 Mei, saya tidak khusus mengenang Perang Dunia Kedua. Tapi, juga berbagai perang lainnya. Karena hingga sekarang masih banyak perang berlangsung. Karena itu, sajak ini menyangkut kenangan pada semua korban, kemerdekaan dan perdamaian.”

Sajak karya Bahar Azizi, "Di Dalam Hatiku" terpilih dari 150 sajak kiriman para remaja di seluruh Negeri Belanda. Dewan juri bukan hanya terkesan pada isi sajak, namun bagaimana Azizi membaca sajak pada acara final di sebuah aula di mana dahulu menjadi tempat sidang parlemen Belanda di Den Haag.

Bahar Azizi lahir 18 tahun lalu di Afghanistan. Pada usia empat tahun, keluarganya terpaksa pindah ke Belanda. Pelajar sekolah di Den Haag ini hanya mengenal tanah tumpah darah dari berbagai cerita sanak keluarganya yang hingga kini tinggal di negeri asal sang gadis.

Semoga berguna bagi kita yang masih menyempatkan diri memikirkan ihwal bagaimana upaya memerdekakan bangsa ini …A Elwiq Pr

Komentar

Postingan populer dari blog ini

siapa yg tertua antara Lubis dgn Pasaribu?/

Malau Raja atau Silau Raja???

Siapa itu Naimarata???