Ignas Kleden: Misionaris, Bukanlah Cara Kerja

Ignas Kleden: Misionaris, Bukanlah Cara Kerja
By. Andri Malau Lambean

Malang – Dialog profetis adalah saat seorang Kristen memberikan kesaksian tentang apa yang diimaninya. Dan kesaksian itu sendiri dilakukan bukan dengan mengandalkan kecerdasan dan pengalaman pribadi pribadi bersangkutan. Tetapi dengan mengandalkan gerak Roh Allah yang diundang untuk turut serta dan membimbing dialog tersebut.
Hal ini diutarakan Dr. Ignas Kleden dalam seminar “Dialog Profetis Dalam Konteks Pembinaan Misionaris Untuk Misi Dunia” di gedung misiologi SVD Surya Wacana Malang, Minggu (30/3). Ignas Kleden mengungkapkan pandangannya mengenai dialog profetis untuk misi sejagat ini dari perspektif seorang non-misionaris.
Dalam pemaparannya, Ignas Kleden menunjukkan relevansi penekanan pada misi sebagai mission Dei dalam konteks dunia sekarang. Ia menambahkan bahwa perluasan makna dialog dan perluasan makna misi jelas memiliki implikasi yang luas terhadap kerja seorang misionaris.
“Kalau misi pertama-tama berarti mission Dei, atau misi sebagai karya Allah sendiri maka tugas utama seorang misionaris adalah turut serta dalam karya perutusan Tuhan, yang hanya mungkin terlaksana apabila kita berusaha mengenal kehendak Tuhan dan gerak Roh Allah dalam doa dan kontemplasi” tegasnya di hadapan biarawan-biarawati dan kaum muda katolik keuskupan Malang.
Dalam pesannya Ignas menekankan bahwa menjadi misionaris bukanlah pertama-tama memilih cara kerja melainkan memilih suatu cara hidup. Dan menjadi misionaris bukanlah pilihan untuk modus operasional, atau modus operandi, tetapi suatu modus eksistensial.

Kematangan Iman
Menjadi misionaris yang siap dikirim ke semua sudut dunia, mengandaikan adanya kemungkinan seseorang akan menghadapi aneka kebudayaan, kepercayaan dan cara pandang yang amat berbeda dengan apa yang dimilikinya. Apa yang perlu dibina, dan dipersiapkan oleh calon-calon misionaris agar mereka dapat mengembangkan sebuah dialog profetis dimana pun mereka di tempatkan.
Rm. Paskalis Edwin, SVD mengungkapkan hal itu dari sudut kitab suci. Ia mengangkat wanita Kanaan yang terdapat dalam Mat 15:21-28 sebagai teladan dalam dialog profetis oleh seorang misionaris. Seorang misionaris haruslah seorang yang berpengetahuan dan berwawasan luas. Selain itu setiap misionaris perlu rendah hati dan terbuka.
“Di atas semuanya itu seorang misionaris yang ingin melangsungkan dialog profetis harus memiliki kematangan pribadi dan iman yang disadari oleh pengalaman akan Allah dan gambaran Allah yang benar”, tegasnya. Ia menambahkan bahwa dengan dimilikinya hal itu seorang misionaris dapat berdialog secara profetis. “Hal ini amat dibutuhkan untuk mengantar diri misionaris dan partner dialognya kepada perubahan menuju kepada kebenaran dan keberanian untuk bersuara tentang kebenaran”, jelasnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

siapa yg tertua antara Lubis dgn Pasaribu?/

Malau Raja atau Silau Raja???

Siapa itu Naimarata???