Mbah Surip: I Love You Full


Mbah Surip: I Love You Full

Tak gendong kemana-mana 3x
Mantep dong enak dong
Daripada naik pesawat kedinginan
Mendingan tak gendong ayooooooo
Tak gendong kemana -mana3x…

Alunan lagu Tak Gendong tidak dapat didengar lagi mengalun indah secara langsung dari suara Mbah Surip. Mbah Surip yang memiliki nama asli Urip Achmad Rijanto Soekotjo, lahir di Mojokerto, 5 Mei 1963 telah tutup usia pada Selasa (04/08) pukul 10.30 WIB di Pusdikes, Jaktim. Suasana duka dan kesedihan terlihat pada keluarga, sahabat dan teman, penggemar serta masyarakat seni Indonesia.

Hits Tak Gendong melesat dan menggebrak dunia musik di Indonesia. Lagu ini mengahantarkan Mbah Surip pada jajaran artis sukses dan berepenghasilan tinggi. Arus rejeki pun seolah tak mau berhenti terus mengalir ke pundi-pundi uangnya. “Tak ada siaran televisi maupun radio tanpa dihiasi lagu Mbah Surip. Wajah, tawa dan kelakar khas serta kata kunci “I Love You Full” sepertinya telah menjadi suguhan wajib pada aneka acara televisi di tanah air. Puncak kesuksesan Mbah Surip, saat dia tercatat mendulang uang miliaran rupiah dari ring back tone (RBT) ‘Tak Gendong’.”
Semua kisah kesuksesannya dimulai di Mojokerto, Jawa Timur. Tidak banyak kisah yang diketahui pada kisah-kisah awalnya. Urip muda sempat menjadi mahasiswa di Universitas Sunan Giri Cabang Mojokerto, jurusan Teknik Mesin pada 1979. Dan sebelumnya lulus dari Sekolah Teknik (ST) Pasna Wiyata pada 1974 dan lulus dari STM Brawijaya pada 1977. Mbah Surip menikah dengan Minuk Sulistyowati. Empat (4) orang anak, yaitu Tita (Prita), Farid, Krisna (Nina) dan Ivo lahir sebagai buah cintanya.
Mempertanyakan Panggilan Hidup
Tidak ada yang dapat berpikir dan memperkirakan nama Mbah Surip akan meroket sebagai artis di Ibukota. Dirinya sendiripun tidak pernah berpikir dan yakin kesuksesan di bidang seni akan direngkuhnya. Lahir sebagai anak desa lagi keluarga yang tidak terkenal dan cukup materi pasti membuatnya tahu diri akan hal itu.
Mbah Surip mulai bekarya di bidang pengeboran minyak, tambang berlian. Beberapa negara pernah menjadi tempat dia berkerja mengadu nasib seperti Kanada, Texas, Yordania, Jepang dan California. “Sebagai pengawai kontrakan, hal itu lumrah,” ungkap Mbah Surip pada suatu waktu.
Oleh teman-temannya Mbah Surip sudah diketahui darah seni kuat mengakar dalam dirinya. Baik di luar negeri saat bekerja gitar dan alunan lagu telah menjadi ciri khasnya—menghibur teman-temannya. Apakah karena begitu kuatnya cintanya pada seni membuat dirinya mengadu nasib hingga akhirnya menuju Jakarta.
Mbah Surip memulainya sebagai seorang seniman jalanan. Di perantauannya, ia kemudian bergabung dengan beberapa komunitas seniman ibukota, diantaranya Teguh Karya, Aquila, Bulungan, dan Taman Ismail Marzuki.
Pahit getir kehidupan seniman jalanan di ibukota dalam balutan kesederhanaannya, Mbah Surip tetap teguh pada prinsip sejati seorang seniman. Seperti yang dikenang Kaka, Vokalis Band Slank ketika ditemui di Bengkel Teater Rendra, di kawasan Depok "Menurut gue Mbah Surip adalah seniman banget. Gayanya sangat sederhana, sesederhana lagunya. Mbah Surip tuh ketika menghibur orang selalu tulus dan ikhlas. Dan sepertinya itu yang menjadi inspirasi gue. Kebetulan ya kerjaan kita kan sama-sama menghibur orang. Ya selain dia yang apa adanya, kita mendapat spirit yang baru karena dia selalu memberikan semangat kepada yang muda-muda.”
Ketulusan yang dilandasi pada ketekunannya ini akhirnya bermuara pada kesempatan masuk studio rekaman. Jangan pernah membayangkan bahwa Mbah Surip masuk dapur rekaman tanpa halang rintang, serca dan cibiran. Apa yang ditanamnya dari ketekunan dan komitmen pada seni akhirnya berbuah manis pada waktunya.
Namanya pun terukir indah—tinta emas MURI mencatat Mbah Surip sebagai penyanyi yang beraksi menyanyi paling lama. Beberapa judul lagu pun pernah dirilisnya sebelum album Tak Gendong (2009). Namun belum juga tampak jelas tanda-tanda kesuksesan dirinya dalam dunia seni.
“Nasib baik belum bersahabat padanya.” Namun, bagi Mbah Surip kesuksesan dalam bidang seni bukanlah raupan materi. Baginya Kesuksesan seorang seniman sejati adalah membuat banyak orang tersenyum bahagia. “Jangan melihat art dari materi. Art is not about money.”
Filosofi ini mengalir dari kesejatian hidup sehari-harinya sebagai seniman. Filsofi hidup ini pulalah yang akhirnya menghantarkannya menuju puncak sukses seninya. Lagu-lagunya menghiasi deretan top hits musik tanah air. "Total pengguna RBT Mbah Surip sebanyak 70 ribu . Dia masuk dalam top 10 dalam dua bulan ini," tandas Manager Corporate Communication XL, Febriati Nadira, Selasa (4/8). Namanya menjadi sangat terkenal. Milyaran rupiah pun masuk ke rekening Mbah Surip.
Dalam perjalanan musiknya, Mbah Surip telah menelurkan beberapa lagu dan album terhitung 1997. Beberapa karyanya yang dikenal adalah lagu Patung Termenung, album, Ijo Royo-royo (1997), Indonesia I (1998), Reformasi (1998), Tak Gendong (2003) dan Barang Baru (2004).
Wasiat Mbah
Kepergian Mbah Surip bukan hanya sekedar meninggalkan kesedihan mendalam dan hasil karyanya kepada penduduk bangsa. Memang Mbah Surip tidaklah seorang pahlawan yang berjuang dengan bambu runcing, maupun senjata mempertahankan kedaulatan bangsa ini.
Benar Mbah Surip secara fisik sudah tiada dan jasadnya dikuburkan di kawasan Bengkel Teater W.S Rendra, Depok, Jawa Barat untuk beristirahat selama-lamanya. Namun semangatnya tetap hinggap dan tidak pernah dapat berlalu seperti hembusan angin.
Sikap hidup dan gaya Mbah Surip dalam keseluruhan cerita hidupnya adalah surat wasiat yang hendak dibagikan kepada semua yang ditinggalkannya. Episode demi episode hidupnya menjadi wasiat berharga dan membekas.
Pertama-tama berbicara arti penampilan apa adanya dirinya. Ia tampil dan hadir bagi semua orang sebagai dirinya sendiri. Dari segi penampilan fisik dirinya unik, rambut rasta ala penyanyi reggae dan tawanya yang khas dan lepas.
Kesederhanaan, kerendahan dan ketulusan hati menjadi karakter dirinya yang tidak dapat dilupakan oleh semua orang. Mbah Surip seniman jalanan dulu adalah Mbah Surip kala terkenal. Berada dan punya hati pada dunia seni, seniman muda dan para seniman jalanan tetap tampak dalam dirinya. Dirinya adalah sosok yang tidak lupa akan asalnya. Mbah Surip tetap bergaul dan membantu dalam segala aspek bagi para seniman jalanan dan komunitas-komunitas seniman.
Semangat itulah yang bagi sebagian orang yang pernah dekat dan terlibat langsung dengan prosesnya dalam hidup dan berkarya, Mbah Surip ternyata adalah sosok yang dermawan dan baik hati. Kedermawanannya ini sangat dikenang para seniman jalanan, sesama artis dan orang-orang marginal.

Mbak Bertha mengungkapkan kenangannya akan sosok Mbah Surip demikian.“Mbah Surip,orangnya itu sangat care dan nggak pernah ngeluh. Sosok yang memiliki kharisma serta memiliki jiwa sosial yang cukup tinggi.” Menurut keterangannya, dia dan Mbah Surip pernah berkolaborasi dan rencananya akan membuat album bersama. Album itu akan dijual bebas dan hasilnya untuk SPP anak-anak Indonesia.

Semua kisah mengenai Mbah Surip banyak kenangan yang muncul di tengah-tengah masyarakat musik Indonesia, baik pelaku maupun penikmat musik. Cara dan keteladanan Mbah Surip menjalani hidup jadi inspirasi bagi setiap diri kita. Setiap orang melihat sosok Mbah Surip dalam kaca mata mereka masing-masing. Dan kenangan itu kini menjadi sebuah surat wasiat. Wasiat yang luar biasa dari seorang seniman jalanan. Kesuksesan menjadi dirinya yang sejati. Akhirnya seperti yang kerap meluncur dari mulut Mbah Surip adalah kekuatan seluruh kehidupannya. “I love you full”. Semoga seperti dia, semangat I love you full-nya boleh menjadi akar dari keseluruhan hidup kita. Selamat jalan seniman sejati, manusia sejati; “We love you full.”(Lau/*) (Dari berbagai sumber)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

siapa yg tertua antara Lubis dgn Pasaribu?/

Malau Raja atau Silau Raja???

Siapa itu Naimarata???