Kisah Si Sulung Raja Uti



Beribu tahun sudah pemandangan di sekitar Danau Toba, Sumatra Utara, teramat memanjakan mata. Beribu tahun pula di dan sekitar Danau Toba ini satu misteri sejarah menyimpan kisah tersendiri bagi etnis Batak. Pusuk Buhit, tepatnya, di Kecamatan Sianjur Mulamula, Kabupaten Samosir diyakini sebagai tempat asali etnis Batak berakar dan bertunas, tumbuh dan berkembang.
Catatan sejarah banyak menuliskan Pusuk Buhit, asal mula leluhur orang Batak. Sekitar abad XII keturunan pertama kali orang Batak yang bernama Siraja Batak singgah di wilayah Toba Samosir.
Nenek moyang Batak, Siraja Batak memiliki anak yang bernama Guru Tatea Bulan (Ilontungan) dan Raja Isumbaon (Sumba).

Siraja Batak---+-1 Guru Tatea Bulan
|
+-2 Raja Isumbaon

Lahir sebagai sulung, Guru Tatea Bulan, oleh sebagian warga suku Batak sebagai leluhur yang suci. Diriwayatkan, Guru Tatea Bulan mempunyai lima orang anak, yakni, Raja Uti, Saribu Raja, Limbong Mulana, Sagala Raja, dan Malau Raja.

Guna mengenang, di puncak Pusuk Buhit, patung-patung perlambang silsilah Guru Tatea Bulan dan anak-anaknya dibangun.

Sebagian orang Batak percaya bahwa Raja Uti sering singgah di lokasi yang bernama Batu Sawan. Di Batu Sawan-lah diduga mengalir air yang sering dijadikan pemandian dan ritual kepercayaan adat Batak. Orang Batak yang tinggal di daerah itu menyebutnya sebagai “air berkah”.

Si Sulung, Raja Uti

Dalam catatan turi-turian (legenda/mitos) dan keyakinan sebagian keturunan Batak, anak Sulung Guru Tatea Bulan yang paling memiliki kesaktian adalah Raja Uti.

Si Sulung keturunan Guru Tatea Bulan ini dikenal dengan banyak sapaan atau gelar oleh masyarakat Batak.

Raja Biak-biak, dengan nama raja Gumelenggeleng. Si sulung keturunan Guru Tatea Bulan, seorang yang cacat yang tidak punya tangan, dan kaki. Karena kondisi tubuhnya itu, si sulung tak bisa duduk.

Berdasarkan turi-turian, Raja Gumeleng-geleng merasa berkecil hati di hadapan adik-adiknya yang berbeda dengan kondisinya.

Sebagian orang Batak berkata, dia punya sayap makanya disebut namanya Tuan Rajauti, raja yang takkan pernah mati, raja yang takkan pernah tua.

Turi-turian Batak menyebutkan pesisir Fansur atau kadang lazim disebut Barus sekarang ini menjadi tempat Raja Uti tinggal berikutnya.

Raja Uti terkenal sangat sakti ujudnya pun berubah hingga 7 kali. Berikut dikutip dari blog Manik mengenai 7 kali perubahan wujud dirinya:

“Wujud pertama ompung Raja Uti adalah tidak punya tangan, tidak punya kaki (Patung rupa Raja Uti dapat dilihat di pusuk buhit).

Yang menarik dari ketujuh patung tersebut ada 2 patung yang memakai bonang manalu (merah-putih-hitam) warna khas kosmologi batak. Dulu orang yang memakai tali-tali bonang manalu menandakan bahwa ia seorang Parbaringin.

Sebelah kanan ada pohon beringin yang artinya berketurunan lengkap (saur matua) dan Baringin tersebut merupakan gambar atau simbol pengayoman atau panggomgom yang dinamai ‘hariara sundung di langit’ alana daompung ido nampuna HARIARA SUNDUNG DILANGIT dan sebelah kiri Cawan menggambarkan Mulani pangurason nasohaliapan, nasohapurpuran, napituhali malim napitu hali solam.

Ada rentetan cerita yang sangat panjang sampai akhirnya Debata Mulajadi Nabolon MANONGOS / menurunkan UTE TUBU (pangir), DAUPA (pohon Hamijon/kemenyan), DAN DEMBAN TIAR (sirih).
Ketiga hal yang disebutkan diatas memiliki keterikatan / hubungan penggunaan yang tidak bisa dipisahkan (bagi orang yang mengerti).

Kalau untuk Bona ni JAJABI / pohon beringin dipakai oleh raja2 (yang sekarang disebut dgn RAJA BIUS) untuk tempat PARTUKOAN (rapat/ pertemuan) dalam membahas sesuatu permasalahan.

Sebelah kanan ada dua patung yang memakai ulos warna putih, disini janggal keliatannya sebab jarang sekali ulos berwarna putih polos. Ulos juga memakai tiga warna khas batak. Biasanya warna/motif pada ulos juga memberikan ciri dari kelompok dalihan natolu yaitu kelompok hula-hula lebih banyak hitamnya dairpada warna putih & merah, sedangkan untuk dongan tubu lebih banyak putihnya daripada warna hitam & merah dan terakhir kelompok boru lebih banyak warna merahnya daripada warna putih & hitam.

Sebagai keturunan pertama dari Ompu Guru Tatea Bulan, Op.Raja Uti meminta ijin kepada ibunya untuk pergi ke Pusuk Buhit demi memohon kepada Mula Jadi Nabolon agar boleh dia dijadikan menjadi raja diantara saudara-saudaranya karena dia adalah putra yang sulung dan pertama keluar dari rahim ibunya, jadi pantaslah dia yang menjadi raja.

Kemudian lanjutnya, “tapi apa dayaku sebagai orang tak sempurna sebagai manusia yang selalu dianggap remeh oleh saudara-saudaraku.”

Mulajadi Nabolon mengabulkan permintaan Gumellenggelleng dan seketika tubuh Gumellenggelleng berubah menjadi manusia yang sempurna yang memiliki kaki dan tangan bertumbuh normal. Lalu dia diberi kuasa oleh Mulajadi Nabolon menjadi orang sakti yang disebut namanya menjadi Raja Biakbiak.

Setelah Gumellenggelleng disempurnakan menjadi perkasa sebagai Raja Biakbiak maka Mulajadi Nabolon kemudian pergi ke tahtahnya melalui Pusuk Buhit, dan jadilah Biakbiak menjadi raja pertapa sakti.

Setelah sekian lama dalam pertapaannya, Raja Biakbiak dengan percaya diri turun dari Pusuk Buhit hendak menjumpai orangtuanya dan saudara-saudaranya dan membayangkan bahwa dia akan disambut oleh keluarga itu sebagai raja karena dia sebagai anak yang tertua dan lagipula dia telah menjadi manusia sempurnah dan sakti. Anggapan itu ternyata meleset dan dia menjumpai keluarganya sudah berantakan bercerai berai karena ulah Sariburaja dan Siboru Pareme yang berbuat cinta terlarang. Raja Biakbiak tidak menjumpai lagi Siboru Pareme kembarannya dan demikian juga Sariburaja adiknya tak terlihat lagi karena sudah terusir dari kampungnya.

Karena dia merasa sangat kecewa bahwa keluarga keturunan ayahnya sudah berantakan dan bercerai berai, maka dia pergi ke Singkil.

Raja Biakbiak, walaupun bertubuh kate tetapi dia memiliki tubuh sempurna dan memiliki kesaktian tinggi sehingga raja-raja setempat mempersembahkannya istri. Kekuasaannya kemudian membentuk sebuah kerajaan Batak dan dia digelari sebagai Raja Uti karena memiliki utiutian dari Mulajadi Nabolon sebagai kesaktiannya. Kekuasaannya berkembang di Singkil, Kluet dan sampai ke Barus yang ramai dengan perdagangan. Para keturunannya banyak yang menguasai kerajaan laut di pesisir pantai barat Pulau Sumatra bahkan sudah menjalin persahabatan sampai ke pesisir pantai selatan Pulau Jawa.”

Komentar

Unknown mengatakan…
Kisah yang menarik
Unknown mengatakan…
jaman dahulu banyak yang sakti, komentar balik ya ke blog saya www.goocap.com
Unknown mengatakan…
Menurut informasi dari banyak lenatua kembaran Op. raja Utii adalah Boru biding laut kalau Boru Parema kembaran Saribu Raja

Postingan populer dari blog ini

siapa yg tertua antara Lubis dgn Pasaribu?/

Malau Raja atau Silau Raja???

Siapa itu Naimarata???