Kaleidoskop: Kisah Jokowi, key card dan wajah Istana Yang berubah

Kaleidoskop

Kisah Jokowi, key card dan wajah Istana Yang berubah

"Itu saya kira, yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Saya juga minta apabila ada hal-hal yang perlu disampaikan yang berkaitan dengan hal tadi yang saya sampaikan bisa diusulkan, bisa disampaikan pada kesempatan siang hari ini baik oleh Gubernur, oleh Kapolda, maupun Kapimda. Apabila ada hal-hal yang sangat perlu, silakan disampaikan. Tapi kalau tidak ada, ya jangan. Silahkan."

Demikian kalimat penutup presiden Joko Widodo (Jokowi), pada Pembukaan Rakornas Kabinet Kerja 2014, di Istana Negara, Jakarta, Selasa (4/12/2014) lalu. Saat itu adalah Pengalaman perdana Presiden Jokowi berbicara di depan Gubernur, Kapolda dan Kapimda seluruh Indonesia di Istana Negara.

Saat itu Jokowi didampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Mendagri Tjahjo Kumolo.

Tak menunggu lama, antrean para gubernur menyampaikan aneka hal seperti Keluhan, kritik, hingga lontaran canda tak sungkan dilontarkan saat itu. Penuh keakraban dan Suasana cair mengalir tersuguhkan dalam rapat koordinasi perdana Jokowi dengan jajaran aparat daerah dan Kapolda Se-Indonesia.

Pengalaman tersebut bisa dikatakan membuat awak media yang biasa meliput agenda presiden sejak masa Pemerintahan Presiden keenam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terperanjat dan terkesima dengan gaya Jokowi memimpin rakornas.

Hal seperti ini jarang terjadi dalam Rapat koordinasi presiden dengan gubernur pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Saat SBY memerintah cenderung terjadi pembicaraan satu arah, yakni berupa arahan, tanpa arus balik menangkap aneka rasa yang dialami para gubernur kala menjalankan Program Pemerintah pusat.

Belum lagi acara-acara seperti demikian selalu dilakukan di sebuah hall besar di luar Istana karena banyaknya peserta. Kali ini, Jokowi lebih memilih memanfaatkan fasilitas Istana negara, yang terbatas jumlah kapasitasnya.

Tribunnews.com pun memperoleh informasi dari menteri sekretaris negara Pratikno dan menteri dalam negeri Tjahjo Kumolo, bahwa Jokowi yang mendesain dan meminta agar Kursi-kursi kayu dengan ukiran warna emas itu ditata berbentuk oval
dijajar berdempet.

Jarak antara kursi para gubernur dan Jokowi, Wakil Presiden Jusuf Kalla, dan Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo dengan para gubernur dan Kapolda sangat dekat dan menyatu.

Sebanyak 10 gubernur langsung mengacungkan tangannya untuk berbicara. Gubernur Papua Lucas Enembe pun dipilih Jokowi untuk membuka curhat para gubernur. Lucas pun menuangkan kekesalannya akan banyaknya tim yang dibentuk pemerintah pusat dalam memajukan "Bumi Cenderawasih". Namun, menurutnya tak efektif dan signifikan membawa perkembangan di tanah Papua.

Jokowi pun langsung menjawab curahan hati Lucas tersebut. "Kalau ada tim-tim yang datang ke Pak Gubernur, abaikan saja. Yang ke saya juga banyak, kan kita juga nggak ngerti karena terlalu banyak tim seperti itu. Kalau ada apa-apa yang saya tanya ke gubernur bukan timnya, tim yang mana saya juga nggak tahu," seloroh Jokowi.

Kemudian Giliran Gubernur Gorontalo Rusli Habibie mengisahkan pengalamannya memimpin provinsi yang dipercayakan rakyat kepadanya. Saat itu, Rusli mengaku karena masalah seringnya listrik padam, kecaman, hujatan hingga doa agar dirinya mati pun kerap harus diterimanya buah kemarahan masyarakat.

"Saya setiap hari mendapat SMS dari rakyat sama dengan Pak Jokowi. Nomor telepon saya dibagikan ke rakyat Gorontalo. Tiap hari rakyat SMS saya. Gubernur hanya tidur, Gubernur hanya jalan-jalan, kapan Gubernur mati sama dengan listrik. Itu sumpah dari rakyat Pak, mudah-mudahan Pak Gubernur mati sama dengan listrik, Pak," ujar Rusli berapi-api.

"Tolong Gorontalo, Pak Menteri ESDM, Bu Menteri BUMN, segera diselesaikan. Tapi, investornya sudah ada? Perizinan? Oke nanti saya tarik," timpal Jokowi.

Perubahan wajah istana yang ditunjukkan oleh presiden Jokowi itu masih terus berlanjut hingga kini. Istana yang mendengarkan, menyerap suara-suara masyarakat dan pemimpin daerah serta aparat dan pejabat negara pun ditampung sebagai bahan penting arah kebijakan dan Program kerjanya.

Entah telah berapa kali gaya kepemimpinan Jokowi yang mendengarkan terjadi dalam setiap pertemuan dengan para gubernur, kepala kejaksaan tinggi, bupati dan walikota, para pimpinan TNI dan Polri di daerah dan wilayah tugas mereka masing-masing.

Dan yang terakhir, saat Jokowi meresmikan Transformasi Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) dan Peluncuran Program 5.000 Doktor Tahun 2015-2019, di Istana Negara, Jakarta, 19 Desember 2014. Saat itu hadir para dosen dan rektor serta mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN), dan Universitas Islam Negeri (UIN) SE Indonesia.

Saat itu, banyak masukan berarti yang diperoleh Jokowi untuk arah Program pendidikan di kampus-kampus keagamaan. Dan tak kalah penting, peran kampus-kampus tersebut dalam melakukan deradikalisme, untuk menangani masalah penanganan terorisme di Indonesia.


key card

Wajah istana juga berubah pun terlihat dari gaya pemimpin negara itu sendiri, yakni Jokowi. Tepatnya gaya Jokowi menyampaikan pidato atau sambutannya dalam sejumlah acara yang dihadirinya.

Presiden Jokowi berbicara pertama kali di depan Gubernur dan Kapolda seluruh Indonesia di Istana Negara, pada Selasa (4/12/2014) lalu. Saat itu, Jokowi menyampaikan pidato atau arahannya dalam waktu kurang dari satu jam.

Dalam waktu itu, Jokowi hanya dibantu beberapa lembar key card dan dua layar di kiri-kanan yang tersambung dengan operator computer bahan presentasi.

Sejak saat itu, Tribunnews.com mengamati Key card seperti menjadi teman Jokowi dalam memberi pengarahan dalam sejumlah forum pertemuan. Key card Jokowi itu mirip kertas memo, berukuran sekitar 6 x 11 centimeter.

Setelah membuka dengan salam, biasanya key card yang berisi poin-poin materi pidato itu diambil Jokowi dari saku depan kemejanya. Terkadang pula, key card yang jumlahnya tidak pernah lebih 10 lembar itu telah berada di tangan kiri Jokowi ketika dirinya masih di kursi tempat acara digelar.

Jokowi memang berbicara tanpa panduan teks, seperti presiden-presiden sebelumnya yang dipandu dengan teks pidato yang telah disiapkan terlebih dahulu.

Tidak heran, tema yang diangkat Jokowi seperti melompat-lompat.  Namun pesan penting yang ingin disampaikan terlihat tatkala Jokowi mengulang hingga beberapa kali kalimat pernyataan itu.

Akan tetapi, Jokowi terlihat sangat luwes memainkan alur pidatonya di hadapan para gubernur, bupati, walikota maupun masyarakat sekalipun. Karena selalu presiden Jokowi menyelipkan satu kesempatan dialog dengan audiens.

Jokowi pun terlihat sangat jarang memakai podium Garuda atau podium presiden yang selama masa pemerintahan SBY tak pernah lupa dibawa kemana pun kunjungan kerja di dalam negeri. (Andri MaLau)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

siapa yg tertua antara Lubis dgn Pasaribu?/

Malau Raja atau Silau Raja???

Siapa itu Naimarata???