"Gabe Lam Tajom Dung Matolpang" Teologi Dalam Kehidupan orang Batak


"Gabe Lam Tajom Dung Matolpang"  Teologi Dalam Kehidupan orang Batak*




Resensi buku: 

Judul buku : Gabe Lam Tajom Dung Matolpang 
Penerbit : Lembaga Studi Agama, Pembangunan dan Budaya 
(L-SAPA), Sangnawaluh no. 6 Pematang Siantar 
Tahun : Agustus 2006 
Penulis : Pdt. Dr. Darwin Lumban Tobing 
Ilustrasi sampul buku : Gracia Octaveni LumbanTobing 
Tebal buku : 260 halaman + x 
Harga buku : Rp 30.000,- 



Pada bulan Mei 2006, telah terbit sebuah buku dalam bahasa Batak Toba di Jakarta : Sidolidoli Parjalang judulnya, ditulis oleh Jannes Lumban Tobing. 


Isi buku ini sarat dengan cerita yang membuat kita tertawa tetapi menitipkan pesan moral tentang kehidupan sehari-hari. Sangatlah disyukuri kehadiran buku seperti ini karena ditulis oleh pengarang berlatar belakang sastra. 

Bulan Agustus 2006, telah terbit lagi buku baru dalam bahasa Batak Toba, ditulis oleh Dr. Darwin Lumbantobing (K/4), seorang pendeta dan kini menjadi Ketua STT HKBP Pematang Siantar. Beliau telah melanglang buana ke berbagai tempat di Indonesia hingga ke luar negeri.


Dr. Darwin sengaja menulis buku ini, sebagai ucapan syukur telah dikaruniai umur genap 50 tahun. Sebelumnya dosen yang juga kolumnis di berbagai media cetak lokal maupun ibukota ini sudah menulis beberapa buku dalam bahasa Indonesia (sendiri atau bersama penulis lain)

Buku-buku itu yakni, Berteologi di dalam Illustrasi, Gerak Persekutuan Eskatologis, Tegar Dalam Badai dan Teguh Mencipta Damai. 

Secara harfiah Gabe Lam Tajom Dung Matolpang bermakna parang yang sudah patah, menjadi semakin tajam, artinya dalam kehidupan seseorang akan menjadi berubah setelah mengalami kecelakaan. Alangkah baiknya apabila seseorang berubah sebelum dia mengalami kecelakaaan. Misalnya seseorang yang mengantisipasi masa datang sejak dini, mengisi hal yang berguna dalam hidupnya. Ibarat sebuah parang apabila diasah terus menerus akan berfungsi sebagaimana mestinya, bukannya setelah patah, parang itu menjadi berfungsi (h. 65). 


Buku ini dibagi dalam 5 bab dan seluruhnya terdiri dari 50 judul yang menjelaskan umpama, perumpamaan, nasihat, ujar-ujar dan perkataan yang jamak didengar dalam kehidupan sehari-hari orang Batak. Sesungguhnya bukanlah hal baru, tetapi melalui buku ini Darwin memaparkan perumpamaan tersebut yang sangat berhubungan erat dengan teologi, nasihat serta firman Allah dalam kehidupan orang Batak. Ibarat seorang koki, karangan ini memang lain dari yang lain, sehingga masakannya mempunyai aroma maupun rasa khusus.

Dalam hidup ini tenyata ada juga orang tua yang rindu menjadi muda kembali. Dia sepertinya merasa sakit tetapi sakit yang dibuat-buat. Tidakkah seseorang pantas dikatakan sakit, bila orang tua tersebut ingin berperilaku seperti anak muda? Ada istilah berbunyi “lam matua lam manjengkari”, analoginya kelapa tua makin berminyak. Masih berlagak muda, karena teringat masa muda. Ada ibu tua yang berupaya membuat dadanya semakin berbentuk supaya tampak muda, kayak gadis perawan. Kalau pria lain pula, bergaya parlente - menyisir rambut diatur sedemikian rupa. Padahal adalah nyata kalau sudah tua, tidak bisa lagi menjadi muda - Ndang haulahan be mulak poso (h.202). 


Bab pertama buku ini membahas : Nasihat tentang orang tua terdiri dari 15 judul, beberapa diantaranya menarik untuk dikaji. Maponggol ulu, sebuah judul yang menjelaskan betapa besar peran seorang ayah dalam keluarga. Alangkah susahnya apabila kepala keluarga tiba-tiba meninggal sementara anak-anak masih kecil. Kemudian betapa penting peranan seorang Ibu dalam rumah tangga. Betapapun sang ayah mencari nafkah, peran Ibu dalam mendidik anak sangatlah dominan (Matompas Tataring). Walaupun teknologi maju, ASI sangatlah penting bagi pertumbuhan anak (Andorabian ina panarusan). Anggota keluarga memang penting, namun dalam kehidupan sehari-hari, namun tetangga sebelah/dongan sahuta jangan pernah dilupakan (Pitu batu martindi, sada do sitaon na dokdok). Bahwa dalam setiap pekerjaan, ada pembagian tugas yang jelas sehingga tidak terjadi tumpang tindih yang dapat menciptakan ketidak harmonisan/lepas tanggung jawab (Martampuk bulung, marbona sangkalan). 

Orang tua harus selalu bijaksana di dalam mendidik para putra/putri supaya jangan salah jalan (Masihurre manukna be, unang teal buriranna). Dalam hidup, anak adalah segalanya, orang tua harus bertanggung jawab untuk kemajuan/pendidikan anaknya (Anakhonki do hamoraon di ahu,Ompa pudi manang ompa jolo?) Orang bijak sangat paham apa yang menjadi tanggung jawabnya, tidak mencampuri yang bukan urusannya (Manortori naso gondangna) 

Bab kedua : Nasihat yang membahas betapa indah merajut persatuan - 7 judul sangaat menarik. Kerjasama yang baik, perduli dan gotong royong dengan bersinergi akan selalu menghasilkan yang terbaik (Aek godang aek laut, dos ni roha sibahen na saut). Bersatu kita teguh bercerai akan menciptakan kehancuran (Tamtamna do tajomna, rim ni tahi do gogona, Ndang siribahon ulos ala ni bidangna) dirangkaikan dengan hukum yang harus ditegakkan (Ndang jadi marbulusuhar, Pajolo gogo papudi uhum). 


Bab ketiga : Nasihat yang membahas kebijakan dan kepiwaian menggunakan kata. Ada 9 judul : Tentang kata atau perkataan, kata hati, Hendaklah bijaksana senantiasa dan hati-hati terhadap musang berbulu domba (Nabisuk nampuna hata, naoto tu panggadisan). Pikir itu pendapatan, sesal kemudian tiada berguna. (Tinallik bulung sihupi, pinarsaong bulung siala. Unang sumolsol di pudi, Ndada sipasingot soada). Ada orang yang berkata lurus dan tidak suka bercanda. Bahwa setiap perkataan mempunyai fungsi tersendiri (Marnampuna do hata). 


Bab keempat : Nasihat tentang kehidupan sehari-hari - 10 judul : Tidak masalah di manapun seseorang meninggal (Ndang marimbar tano hamatean). Penyesuaian diri terhadap situasi dan kondisi. Setiap utang harus dibayar (Garar utangmi). Pesan kepada pemalas supaya belajar kepada semut (Hamu angka sigurbak ulu, marguru ma tu porhis). Buatlah tepungmu, tepung niscaya akan basi. Perbuatlah sesukamu, engkau pasti menyesal. (Duda itakmi, unang ho maritak bari. Tuntun lomomi, saut ma ho sumolsol bagi). Jangan pernah cuek, karena apapun yang dilakukan manusia, akan bisa dipantau oleh orang lain secara terbuka (Tedek songon indahan di balanga). 


Bab kelima: Nasihat tentang kebiasaan dan perilaku - 9 judul : Dusta itu mudah tercipta, Jangan pernah mengingini sesamamu manusia. Jangan mengingini keinginan sendiri (Jempek do pat ni gabus). Tetap menjadi muda meskipun sudah tua, mengerti setelah dilakukan bagaimana fungsi keluarga (Gabe diantusi dung diulahon). Ketika mata menjadi hijau melihat uang (Pat ni manuk paturengreng, marrara mata mida hepeng). Judul terakhir adalah Sori pinarsorihon - ikhwal kehidupan penulis itu sendiri, lahir di kampung Rawang Kisaran - melayani di berbagai tempat di delapan penjuru, di desa atau kota. Betapa banyak manusia rencanakan, tetapi haruslah dimengerti bahwa hendaklah selalu menyerahkan rencana itu kepada Sang Maha Pencipta semata (Ndang sitodo turpuk, siahut lomo ni roha). Man proposes God disposes. 


Beberapa hal menarik yang didapatkan dari buku ini. Pertama, untuk meluruskan umpama Batak atau ujar-ujaran yang telah bergeser atau melahirkan persepsi yang keliru dalam kehidupan masyarakat Batak Toba. Kedua, mananamkan pesan dan pengetahuan Illahi terhadap pengertian yang telah lama berlaku dalam adat Batak. Ketiga : menjadi acuan bagaimana menulis bahasa Batak yang baik dan benar. Keempat, 50 karangan di dalam buku ini niscaya akan membuat pembaca, tersenyum atau tertawa terbahak-bahak. Ada keistimewaan buku ini, karena menggunakan bahasa bahasa Batak yang baik dan benar. Mamangke bahasa bahasa Batak na mansai polin jala uli. Buku ini diperuntukkan bagi insan Batak di mana pun, dan juga bagi mereka yang sedang belajar bahasa batak.

(Peresensi Hotma D L. Tobing)
Dimuat di Kabarindonesia.com edisi tahun 2008 


* Judul Resensi ini dipertajam oleh Andri Malau, Pemilik Blog Ini...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

siapa yg tertua antara Lubis dgn Pasaribu?/

Malau Raja atau Silau Raja???

Siapa itu Naimarata???