Kala Itu Mengenang 1 Tahun Gugurnya Para Pahlawan: Teruntuk Adekku Kusumo Malau

Kala Itu Mengenang 1 Tahun Gugurnya Para Pahlawan: Teruntuk Adekku Kusumo Malau






“Selamat jalan....

semoga apa yang boas lakukan memberi inspirasi....

bahwa keamanan negara adalah penting dan semoga keberaniannya untuk membela tanah air akan selalu di kenang...”

JAKARTA, KOMPAS.com — Wafatnya Brigadir Satu Boas Woasiri rupanya meninggalkan kedukaan yang begitu mendalam di antara sesama rekan-rekannya di Mako Ksatrian Brimob, Kelapa Dua, Depok. Mereka tak menyangka, Boas yang mereka juluki sebagai "Anak Seribu Pulau" itu berpulang begitu cepat ke pangkuan Yang Maha Kuasa.

Jenazah Briptu (Pol) Boas Woisiri, saat akan disemayamkan di Aula Soemarto, Di Markas Komando Brigade Mobil Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Sabtu (6/3) malam.

"Anak Seribu Pulau". Julukan ini melekat pada Boas semenjak pria kelahiran Jayapura tahun 1975 itu bertugas di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, selama hampir 14 tahun belakangan. Selain karena Boas berasal dari kawasan Indonesia Timur, penyematan julukan itu juga karena kemampuan alamiah Boas yang sangat dekat dengan alam.


Almarhum Briptu (Pol) Boas Woisiri, saat akan disemayamkan di Aula Soemarto, di Markas Komando Brigade Mobil Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Sabtu (6/3/2010) malam. Mendiang Briptu Boas Woisiri, tewas akibat baku tembak dengan Teroris di Aceh.

Menurut salah satu rekannya di Mako Brimob, Boas memiliki kemampuan yang luar biasa dalam berbagai kemampuan tempur di alam bebas. "Kemampuan dia menyelam luar biasa. Kalau yang lain langsung pakai peralatan oksigen. Dia suka enggak pakai apa-apa. Lima menit lebih dia bisa bertahan enggak napas," tutur salah seorang rekan Boas, anggota Gegana Brimob, saat berbincang dengan Kompas.com di Taman Makam Pemuliaan, Pusat Latihan Multifungsi Polri, Cikeas, Bogor, Minggu (7/3/2010).

Selain kemampuan menyelam, Boas menurutnya juga memiliki kemampuan berlari terus-menerus seperti tanpa kelelahan. Dalam urusan lari dan atletik, sulit bagi sesama rekannya di Brimob untuk bisa menandingi kemampuan Boas. "Makanya kami sering sebut dia itu 'Anak Seribu Pulau'," tuturnya.

Selain kemampuan fisik yang prima, Boas juga dikenal memiliki pribadi yang hangat. Kepribadian yang simpatik inilah yang akhirnya dikenang oleh hampir semua rekannya di Brimob, tidak hanya rekan seangkatan dan juniornya, tetapi juga atasan dan seniornya.

Rekan Boas itu bercerita, Boas tak pernah sekalipun berkeluh kesah tentang masalah pribadinya. Selama hampir 14 tahun bertugas di Mako Brimob, dia mengaku tidak mendapati satupun sikap atau kenangan buruk dari sosok Boas. "Jangankan urusan keluarga, urusan tugas saja dia tidak ada keluhan. Semua siap dikerjakan," terangnya.

Di mata rekan-rekan sesama anggota Densus 88 Brigade Mobil, Briptu Boas Woasiri dikenal sebagai prajurit yang tangguh dan bernyali besar. Jiwa gagah berani ini ditunjukkan dalam penyergapan teroris di daerah hutan kawasan Bayu, Lamkabeu, Seulimeum, Aceh Besar.

Namun, maut ternyata tak dapat ditolak. Keberanian dari Briptu Boas malah justru berakibat fatal baginya. Boas tewas diterjang peluru teroris dalam penyergapan oleh pasukan Densus.

Salah satu sumber di satuan Brimob menceritakan, sebelum diterjang rentetan tembakan mematikan, Boas sebelumnya juga sudah kena serempet timah panas kelompok teroris. "Dia sempat keserempet peluru tembakan teroris," katanya dalam perbincangan dengan Kompas.com, beberapa saat sebelum pemakaman Boas di Taman Makam Pemuliaan, Markas Pusat Pelatihan, Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Minggu (7/3/2010).

Boas masih beruntung kala itu. Terjangan peluru itu tak menghunjam organ penting tubuhnya. Meski terluka, Boas masih bisa bertahan dalam pertempuran itu. Malah, bukannya mengecilkan nyali, terjangan peluru itu malah membakar nyali dan membangkitkan keberaniannya. Boas berubah jadi buas. Ia kemudian berlari melakukan pengejaran para teroris yang menembakinya. "Mungkin emosi, dia langsung mengejar," tuturnya.

Perburuan Boas inilah yang akhirnya berujung maut. Tanpa berpikir lebih jauh terhadap risiko keselamatannya, Boas nekat mengejar kelompok teroris, bahkan hingga keluar dari ring yang dikuasai polisi. Aksi Boas ini terbilang nekat. "Dia kejar tanpa body armor. Mungkin dia pikir kebal, kali," terangnya.

Tak ayal, baku tembak pun kembali terjadi dalam pengejaran Boas, bahkan lebih besar dari sebelumnya. Namun, nasib beruntung tidak datang dua kali dan tak berpihak kepada Boas. Peluru timah panas kali ini bersarang menghunjam tubuh Boas. Ia akhirnya tewas dalam perburuannya di Lamkabeu, Seulimeum, Aceh Besar.

Sumber tersebut mengakui, Boas merupakan salah satu prajurit yang memiliki nyali dan kemampuan tempur yang luar biasa. Rekan-rekannya bahkan salut pada aksi yang diperlihatkan Boas dalam setiap praktik strategi pertempuran di lapangan. "Di muka perang, memang nyalinya besar sekali," ujarnya.

Nasib naas ini tak hanya datang ke Boas. Dua rekan Boas lainnya dari satuan Brimob Polda Aceh juga tewas dalam penyergapan tersebut. Bripda Darmansyah dan Bripda Srihandri Kusumo Malau ikut menjadi korban keberingasan kelompok teroris Aceh.

Bripda Darmansyah dan Bripda Srihandri Kusumo Malau lebih dulu dimakamkan di Aceh. Terhadap ketiga prajurit yang gugur di medan peperangan ini, kepolisian pun memberikan penghargaan dan penghormatan.

Briptu Boas Woasiri, Bripda Darmansyah, dan Bripda Srihandri Kusumo Malau diberi kenaikan pangkat dan penghargaan gelar Anumerta. Pangkat Boas yang sebelumnya brigadir satu menjadi brigadir.

Sementara itu, Darmansyah dan Srihandri naik dari brigadir dua menjadi brigadir.

“Selamat jalan....

semoga apa yang boas lakukan memberi inspirasi....

bahwa keamanan negara adalah penting dan semoga keberaniannya untuk membela tanah air akan selalu di kenang...”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

siapa yg tertua antara Lubis dgn Pasaribu?/

Siapa itu Naimarata???

Mengenal Asal Muasal Naimarata