Politikus PDIP ke SBY: Kalau Kita Masuk Medsos, Tak Ada Lagi Status Mantan Presiden Dan Presiden
Politikus PDIP ke SBY: Kalau Kita Masuk Medsos, Tak Ada Lagi Status Mantan Presiden Dan Presiden
JAKARTA - Siapa saja yang masuk di media sosial dan berpolemik di dalamnya, maka akan menghadapi situasi menjadi sasaran para netizen.
Demikian tanggapan Ketua DPP PDI Perjuangan Andreas Hugo Pareira, terhadap pernyataan Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang mengaku menjadi korban kelompok penyebar fitnah di media sosial atau invisible group.
"Kalau kita masuk di medsos, status kita sama. Dalam arti, tidak ada lagi mantan presiden, presiden, dia anggota DPR atau siapa pun, kalau kita masuk medsos ya orang berikan respons sesuai dengan apa yang kita berikan," ujar Andreas Pareira.
Karena lebih lanjut anggota DPR RI Ini menjelaskan, di dunia medsos sifat egaliternya sangat dominan.
Sebagai seorang intelektual, menurut Andreas Pareira, SBY seharusnya sudah tahu risiko ini saat terjun ke dalam medsos.
Apalagi ketika mengeluarkan pernyataan yang mengundang serbuan dari nitizen. Hal itulah risiko seseorang ketika masuk dan aktif di dunia media sosial.
"Sehingga kalau tidak mau menjadi sasaran, jangan berpolemik atau mengeluarkan statement-statement yang mengundang sasaran tembak netizen," kata Andreas Pareira.
Dalam pidatonya, SBY juga menyoroti soal kebijakan ekonomi pemerintah Presiden Joko Widodo.
Presiden RI ke-6 itu mengingatkan agar pembangunan jangan hanya mementingkan fisik semata, dalam hal ini investasi infrastruktur.
"Ya pemerintah harus bangun infrastruktur karena itu kita ketinggalan selama satu dekade ini. Apa yang dilakukan Jokowi termasuk menghidupkan kembali infrastruktur-infrastruktur yang mangkrak dari periode-periode sebelumnya. Kalau tidak, ini akan jadi besi tua," ucap Andreas.
Sebelumnya SBY menyoroti soal liarnya informasi di media sosial saat memberikan pidato politik dalam acara rapimnas partainya. SBY menyebut kerap menjadi korban di medsos.
"Saya adalah salah satu korban dari invisible group yang bekerja bagaikan mesin penghancur. Kata-kata yang digunakan tidak perlu saya utarakan, karena bisa merusak jiwa yang mendengarnya," kata SBY di JCC, Senayan, Jakarta, Selasa (7/2).
Menurut SBY, medsos kini sudah sesak oleh caci-maki. Kesantunan tak ada lagi, sehingga diibaratkan oleh SBY, etika di medsos sudah masuk museum sejarah yang sepi pengunjung.
"Banyak pihak yang tidak bersalah, innocent, ikut menjadi korban. Kita sedih karena medsos yang seharusnya ikut mencerdaskan bangsa didominasi kalangan tidak beradab, uncivilized," ujarnya.
Pernah dimuat di Tribunnews.com
Komentar