Siapa Itu Malau Raja?

Siapa Itu Malau Raja?

Berdasarkan historis Budaya Batak bahwa masyarakat Batak berasal dari SIRAJA BATAK.
Anak Siraja Batak adalah dua orang, yaitu:
1. Guru Tatea bulan/Naimarata (G. 1)
2. Raja Sumba (G. 1)

Guru Tateabulan diberkati dengan 5 orang anaknya, yaitu:
1. Raja Uti / Raja Gumeleng-geleng (G. 2)
2. Sariburaja (G. 2)
3. Limbongmulana (G. 2)
4. Sagalaraja (G. 2)
5. Malauraja (G. 2)

Malauraja dikaruniai 5 anak, yaitu:
1. Malau Pase (G. 3)
2. Malau lambean (G. 3)
3. Malau manik (G. 3)
4. Malau ambarita (G. 3)
5. Malau gurning (G. 3)

Dengan 5 anaknya, Malauraja mengalami perkembangan dari masa ke masa dalam perjalanan waktu terus mengalami proses. Perkembangan itu meliputi dari masyarakat yang jumlahnya kecil dan ruang yang terbatas, namun luas—arah proses kemasyarakatannya pada masa itu, budaya dan istiadat serta kebiasaan yang dipegang semakin berkembang. Maka penyesuaian dalam sistem kemasyarakatan Batak pada masa itu dengan keturunan masyarakat lain di sekitarnya menjelma menjadi suatu keharusan untuk membentuk suatu pemikiran bersama—sesama keturunan masyarakat lain supaya ada kebersamaan pandangan di dalam kehidupan bermasyarakat, maka dimusyawarahkan sesuatu yang berguna untuk hidup didalam lingkungan yang saling menghormati dan menghargai. Oleh karena itu, dimufakatilah apa yang disebut dengan istilah TAROMBO.

Di dalam tarombo inilah tergambar jelas rasa kebersamaan di dalam adat istiadat yang tergabung dalam satu POMPARAN pada masa itu. Proses perkembangan istiadat yang dianut oleh masyarakat Batak pada masa itu berjalan atas dasar mufakat bersama pada setiap Pomparan. Dengan sikap hidup yang bermufakat dan bersama inilah yang kuat dianut oleh kelima anak dari Malauraja. Apa yang disepakati itu membentuk rasa kebersamaan untuk membentuk tarombo yang terkenal dengan sebutan M A R G A.
Atas mufakat Pomparan Malauraja yang terdiri dari kelima orang tersebutlah, maka disepakati bersama untuk membentuk Nama kebersamaan—menjadi Marga yang sepakati dengan nama S I L A U R A J A. Jadi kalau kita berbicara mengenai Silauraja berarti menyebut dalam susunan marga, yang berarti tidak lepas dari susunan asal usul Pomparan M A L A U R A J A.

Dengan demikian terlihatlah bahwa sejak dahulu samapi dengan masa sekarang bahwa nenekmoyang kita Malauraja mampu mempersatukan semua anak-anaknya atau Pomparannya didalam satu lingkaran kehidupan yang saling menghormati. Dari pemahaman dan penjelasan tersebut, maka dimohon dengan sangat supaya pomparan Malauraja memahami arti SILAU RAJA dan ARTI MALAURAJA.
Bila dikatakan Malauraja, maka kelima Pomparan termasuk di dalamnya, yaitu :

1. Malau Pase
2. Malau Lambean
3. Malau manik
4. Malau Ambarita
5. Malau Gurning.


Bila yang dimaksud Silauraja, maka itu dilandaskan pada Marga. Dengan demikian Pomparan Malauraja terdiri dari 4 marga, yaitu :

1. Marga Malau
2. Marga Manik
3. Marga Ambarita
4. Marga Gurning.


Di Bonapasogit, tempat asal usul Pomparan Malauraja sangat jelas tampak bahwa semuanya sama-sama saling menghormati dan menghargai serta memegang teguh bahwa Pomparan Malauraja terdiri atas lima. Dan inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya 4 MARGA yang tergabung dalam Silauraja.
Jadi jangan salah paham bagi Pomparan Malauraja terutama yang sudah menikmati kemajuan masa kini dimanapun dia berada—menurunkan harga diri diantara Pomparan Malauraja. Jangan sampai ada yang menyatakan bahwa Pomparan Malauraja hanya terdiri dari empat keturunan saja. Bila ini yang terjadi, maka bisa dikatakan bahwa inilah yang menjadi cikal bakal diantara Pomparan Malauraja tidak lagi saling menghargai dan tidak saling menghormati jatidiri.

Diantara sesama Pomparan terdapat dua pandangan yang marak beredar, ada yang menyatakan 4 dan ada yang menyatakan 5. Mudah-mudahan tulisan ini dapat memberi pemahaman yang lebih luas dan positif diantara kita semua Pomparan Malauraja dan Marga Silauraja. Zaman sudah berkembang kita sudah hidup di zaman modern yang sangat maju. 


Kita tidak lagi tinggal di era kegelapan, tapi sudah hidup di daerah yang terang dan luas bahwa Sinar terang Allah sudah menghidupi kita di masa kehidupan globalisasi yang sangat indah yang diikat dengan TALI KASIH JESUS KRISTUS. Perkembangan itu sangat jelas mulai dari permulaan kehidupan nenek moyang kita Malauraja di dalam suasana kehidupan ke-animisme-an, sampai pada kita sekarang—hidup dalam suasana TERANG ALLAH, JESUS KRISTUS DAN ROH KUDUS. Amin.

Ada Motto : Marsipaidaan asa marsitandaan
Marsipaboaan asa marsibotoan
Marsipatorangan asa marsiantusan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

siapa yg tertua antara Lubis dgn Pasaribu?/

Siapa itu Naimarata???

Mengenal Asal Muasal Naimarata