Mengenal Terapi Plasma Konvalesen untuk Pasien Covid-19
Mengenal Terapi Plasma Konvalesen untuk Pasien Covid-19
Hasil Diskusi Bersama Inisiator Terapi Plasma Konvalesen Dr Theresia Monica Rahardjo di Acara Diginitas Tribunnews.com, 16 Juli 2021:
Bagaimana
Mekanisme Pasien Covid-19 Peroleh Plasma Konvalesen?
Apa
itu Terapi Plasma Konvalesen?
Konvalesen
itu artinya adalah plasme sembuh atau plasma yang di miliki penderita katau sembuh
dari suatu penyakit tertentu.
Nah, Terapi Plasma Konvalesen atau TPK ini itu
merupakan teknik memindahkan antibodi dari penyintas Covid-19, antibodi dalam
plasma penyintas Covid dipindahin ke pasien Covid yang masih sakit. Jadi
intinya, booster antibodi atau antibodi instan.
Jadi tubuh kita yang lagi sakit nggak usah bikin
antibodi lagi, langsung nyomot saja dari penyintas antibodinya masukkan ke
tubuh kita, jadi punya antibodi tambahan untuk membasmi virus.
Sejarah
Metode Plasma Konvalesen?
Sebenarnya teknik ini tuh sudah lama umurnya, 100
tahun lebih dari flu Spanyol.
Flu Spanyol itu ada tiga gelombang dan pada saat itu
dipakai nih, merupakan penelitian pertama yang tercatat dan valid hasilnya. Pada
saat Flu Spanyol ditemukan bahwa penggunaan plasma ini harus 48 jam pertama,
supaya efektif. Jauh lebih tepat dibandingkan yang sekarang.
Iya, metode ini juga dipakai MERS, H1N1 dipakai,
SARS juga dipakai, bahkan WHO juga punya
pedoman terapi plus untuk Ebola.
Ketika
terpapar, dan perlu plasma, bagaimana menakanisme memperolehnya?
Pertama itu, kalau kita kena nih, kita harus ingat, punya
penyakit bawaan, atau tidak? Jadi screening
pertama itu kita terhadap diri sendiri atau dokternya terhadap pasisennya, ‘ini
pasiennya ada penyakit bawaan apa nggak?’
Kalau ada itu lebih hati-hati, apalagi kalau ada demam
yang tidak turun-turun sampai seminggu. Dari pihak keluarga sudah hati-hati
juga. Saya punyq pengalaman dengan suami, hati-hati, mulailah cari kamar dulu.
Karena kalau nggak dapet kamar, nggak bisa dapat terapi plasma. Terapi plasma
itu hanya bisa dilakukan di rumah sakit. Itu yang pertama.
Kedua, kalau sudah dapat kamar di rumah sakit atau
tempat apapun di IGD, baru kita
mendapatkan surat permohonan plasma konvalesen ke PMI oleh dokter yang merawat,
istilah kerennya Dokter Penanggung Jawab Pasien atau DPJP. Jadi kalau dengar
dengar DPJP itu apa? Itu dokter yang
merawat pasien. Jadi dokter itu harus mengeluarkan surat permohonan plasma ke
PMI untuk pasien itu.
Kalau sudah dapat surat, surat fisiknya langsung
dimasukkan ke PMI. Dan di sanalah proses yang dinamakan mengantri.
Kalau ternyata pas kebetulan surat dimasukkan ke PMI,
langsung ada plasma golongan darah itu dan surat bersama contoh darah
dimasukkan di sana, kemudian plasma yang sudah cocok dengan golongan darah yang
sama itu langsung dibawa ke rumah sakit, diberikan ke pasien.
Jadi yang pertama dapat kamar dulu. Kedua, dokter
merawat bikin surat permohonan plasma. Ketiga, surat permohonan dimasukkan ke
PMI. Keempat, setelah darahnya cocok, ada plasmanya, kemudian plasma dibawa,
diambil oleh Rumah Sakitnya. Jadi nggak boleh sama keluarga pasiennya sebenarnya.
Jadi diambil oleh Rumah Sakitnya. Kemudian dimasukkanlah, plasma diberikan ke
pasiennya. Nah itu sebenarnya urutannya.
Ingat, Plasma Konvalesen
hanya diberikan terutama kepada pasien Covid-19 stadium sedang. Gimana sih Dok,
sedang itu? Kayak apa gitu loh? Gampang. Ini pedomannya apa? Nafas semenitnya
berapa? Kita kan nafas kan kira-kira tarik nafas, hembuskan, tarik nafas,
hembuskan itu kan kurang lebih 16 sampai 20 semenit.
Kalau nafasnya sudah mulai mampet hidungnya mampet,
nafasnya sudah ngak ena, itu sudah lebih
dari 20 kali per menit itu sudah merupakan salah satu implikasi mendapatkan
plasma. Ditambah demam-demam nggak turun-turun. Nah itu indikasinya
Apalagi kalau ditanya bapak ibu ada kencing manis? Ada
dok, saya minum obat teratur. Ada darah tinggi? Ada dok. Kalau bukan usia tua,
ngeliat kenapa ini anak 20 tahun tapi gemuk sekali, nah itu juga komorbid.
Jadi seperti itu, lebih baik lebih dini. Kapan? Satu
minggu pertama kalau demam. Paling telat tiga hari sejak nafas tidak enak atau
sesak. Berarti kan cepet banget.(*?Malau)
Apakah
Semua Pasien Covid-19 Peroleh Jatah yang Sama dari Plasma Konvalesen?
Nah itu yang suka salah kaprah, penyakit yang
stadium sedang, berat, kritis dikasihnya
cuma dua tok. Lah iya kurang. Kayak
misalnya begini loh, kalau orang berat badannya 50 kilo, makannya cuma seporsi cukup.
Terus kalau orang tinggi, besar, berat badannya 80 kilo sampai 100 kili,
dikasih porsi makanannya untuk 50 kilo kan bisa ngamuk, masih lapar. Sama juga Plasma.
Jadi kalau misalnya yang sehat tanpa komorbid, dia
kekuatan daya tahannya 100, virusnya kekuatannya 100, berkelahi, kita masih bisa
menang.
Tapi kalau kita ada kencing manis, hipertensi, ini kekuatan
kita misalnya cuma 70- 80 antibodinya, imunnya, sedangkan virusnya 100, baru saja
sudah kalah.
Jadi imun kita yang kurang perlu bosster antibodi
dari luar. Kalau misalnya stadium sedang, umumnya dikasih 2 atau 3, kalau ada
komorbid.
Kalau stadium berat itu sudah bisa 3 atau 4.
Kalau staudium kritis bisa 5 hingga 6.
Sayangnya, juga sering salah salah pemahaman di
masyarakat iya, sesama teman sejawat juga iya. Saya terus terang saja ad banyak
yang nanti ngomongnya gini, “nanti saja kalau sudah kritis, baru dikasih plasma.”
Loh, itu orang sudah ginjalnya rusak, paru-parunya
rusak, jantungnya rusak karena kurangnya antibodi dalam plasma itu untuk
membasmi virusnya. Bukan memperbaiki organ yang sudah rusak.
Jadi kallau dikasih saat kritis, memang virusnya
hilang oleh antibodi dalam plasma, tetapi organ yang rusak, tidak akan bisa kembali.
Pasiennya meninggal karena kerusakan organ, terus yang disalahkan plasmanya. Katanya,
‘plasmenya tidak kerja, tidak efektif.’
Kalau itu
berarti tidak mengerti prinsipnya. Itu sebenarnya yang banyak terjadi sekarang
ini.
Syarat
Pendonor Plasma Konvalesen?
Sebenarnya orang yang boleh memberikan atau menjadi
pendonor yang pertama itu dia harus alumni Covid-19. Tandanya apa? Swab PCR
harus positif. Jadi bawa ke PMI, ‘ini bukti saya pernah terkena Covid-19.
Kedua itu ada dua. Yang pertama, kalau penyakitnya
sedang atau berat, itu biasanya dia harus PCR ulang kalau mau pulang. Jadi yang
kedua ini adalah hasil PCR adalah negatif.
Tetapi karena ada perubahan peraturan Isoman, maka
aturannya menjadi PCR negatif atau 14 hari bebas gejala dan sudah dinyatakan
sembuh oleh dokter yang merawat. Jadi bawa surat, ‘ini loh, saya sudah sembuh 14
hari sudah ada surat dari dokter ke PMI.
Kemudian ada lagi sebaiknya tidak boleh wanita yang
sudah hamil, melahirkan atau keguguran. Tidak boleh ini karena sebetulnya demi
keamanan dan keselamatan penerima plasma. Karena wanita yang sudah hamil,
melahirkan dan keguguran dia punya satu faktor yang bisa menyebabkan reaksi
alergi pada penerimanya, reaksi alergi berat pada paru-paru penerimanya.
Jadi yang diutamakan adalah pria. Itu ntah sudah
punya istri, atau masih belum, dia
langsung mendapat tiket bisa jadi donor plasma. Atau wanita yang masih single.
Tetapi tetap prioritas pertama itu pria.
Selain itu yang penting lagi adalah kalau misalnya
ada pria datang ke PMI, mau donor plasma. Seleksi pertamanya yang dilihat
adalah antibodinya ada atau tidak? Nah di rapid antibodi yang dicucuk ujung
jari, kemudian ditetes, dilihat ada nggak ada antibodynya. Kalau ada garisnya
antibodi positif baru dia akan dijadwalkan untuk yang pengambilan plasma.
Makanya PMI itu membatasi pendonor itu, Covidnya
gejala sedang, atau sedang ke berat atau berat. Dan dibatasi tiga sampai empat
bulan.
Untuk
satu orang, berapa kali boleh Menjadi Pendonor sepanjang tiga sampai empat
bulan?
Satu bulan dua kali. Setiap 14 hari boleh mendonor Plasma.
Dan satu kali donor bisa mendapatkan 2-3 kantong,
rata-rata per pendonor. Satu kali donor itu bisa menyelamatkan satu orang. Keren
kan.
Jadi bisa 5-6 kali hingga durasi tiga hingga empat
bulan.
Kalau
mau menjadi pendonor plasma harus memghubungi siapa?
Kalau mau menjadi pendonor itu bisa menghubungi Call
Center 117, ekstensi 5. Ini kerja sama PMI dengan BNPB.
Kalau yang
organisasi-organisasi di masyarakat bisa kunujungi situs ‘Akdoplak (Aksi
Kemanusian Donor Plasma Konvalesen)’. Ini aplikasi donor Plasma Konvalesen.
Dibentuk oleh dokter Khairul Hadi di Solo SpKK, yang sempat terpapar Covid dan
sembuh, yang sempat juga YouTubenya, videonya beredar itu.
Kemudian atau ‘Plasma Hero’ yang dibentuk oleh dr
Ariani, spesialis anak konsultan di Malang.
Itu merupakan organisasi-organisasi dari masyarakat
yang untuk membantu mempertemukan pendonor dengan yang butuh.
Saya juga ingin menekankan disini bagiu yang mau
mencari donor Plasma, jangan terlalu sibuk mencari donor sampai lupa meminta
surat untuk permohonan plasma konvalesen ke PMI oleh dokter yang merawat. Istilah,
Dokter Penanggung Jawab Pasien atau DPJP. Jadi dokter itu harus mengeluarkan
surat permohonan plasma ke PMI untuk pasien itu.
Kebanyakan yang kejadian, surat dari DPJP- nya belum
ada yang dimasukkan ke PMI, mereka sudah sibuk mencari, terus buat selebaran. Di
sininya itu nggak jalan jalurnya.
Mestinya kalau kita juga mau bantu PMI, kita minta
surat dari DPJP, masukkan ke PMI, kita
juga mencari donor, sehingga simultan.(*/Malau)
Komentar